Otomotifnet.com - Seiring perkembangan teknologi pembuatan bahan kulit sintetik pelapis interior mobil, bermunculan motif dan jenis bahan yang menawarkan diferensiasi yang unik.
Salah satu yang baru adalah bahan kulit sintetik yang disebut microfiber.
Disebut microfiber lantaran, “Benang yang digunakan mengandung bahan fiber yang kuat dan lentur,” terang Juliawan Wahjoepramono, pemilik merek Lederlux, Euroleder dan Oriileder, penyedia bahan kulit sintetik dan microfiber.
Baca Juga: Innova Hingga Pajero Pilih Karpet Ultimate360, Alas Lantai Plus Lindungi Dinding Kabin
Kalau pada umumnya, bahan kulit sintetik biasa punya lapisan kain di bagian bawahnya (backing cloth), tapi tidak dengan bahan microfiber.
“Dengan tebal yang sama dengan kulit sintetik, microfiber punya tekstur dan feeling yang sangat mirip dengan kulit karena tidak dilapisi bahan kain di baliknya,” kata Wenwen, panggilan akrabnya.
Secara tekstur bahan microfiber bisa mirip sekali dengan kulit, namun tentu ada pembeda yang kentara. Bahan microfiber tak mempunyai aroma yang khas seperti kulit.
Ditambahkan Wenwen lagi, “Kulit asli kalau dibakar, tidak akan menimbulkan api kecil, kalau microfiber yang bagus masih ada sedikit keluar api tapi kecil.”
Euroleder dan Oriileder adalah jenis bahan kulit sintetik yang disebut microfiber.
Dibandingkan dengan kulit sintetik Lederlux, Euroleder menggunakan jenis benang fiber, “Bahannya bisa diperforasi seperti kulit asli dan tidak mudah sobek,” jelas Wenwen lagi. Diperforasi maksudnya diberi tekstur lubang kecil-kecil dengan mesin.
Selain penampilan yang elegan dengan tekstur mirip kulit, bahan microfiber yang berkualitas punya ciri tidak sobek saat ditarik.
“Coba gunting sedikit bagian tepian bahan, lalu tarik dengan dua tangan, ke sisi yang berbeda. Microfiber yang baik, sulit sekali untuk sobek,” jelas Wenwen lagi.
Beberapa fitur yang ditawarkan dari bahan microfiber adalah UV protection, fire retardant, anti bakteri dan anti jamur.
Nah, lantaran diposisikan berada di atas jenis bahan sintetik biasa, dan teknologi baru, “Harganya sekitar 30% lebih mahal dibandingkan kulit sintetik biasa, namun lebih ekonomis dibandingkan bahan kulit asli,” Tutup Wenwen.