Otomotifnet.com - Suzuki Maruti India melakukan recall buat dua produknya yang beredar di pasaran yakni Wagon R dan Baleno Hatchback.
Terindikasi ada masalah pada bagian fuel pump atau pompa bahan bakarnya.
Tercatat, ada 134.855 unit Suzuki Wagon R dan Baleno Hatchback yang terkena perbaikan massal ini.
Rinciannya, 56.663 unit untuk Suzuki WagonR lansiran 15 November 2018 hingga 15 Oktober 2019.
Baca Juga: Heboh Suzuki Ertiga Akan Kena Rebadge Toyota, Wajah Sedikit Berubah
Sedangkan Baleno Hatchback ada 78.222 untuk produksi 8 Januari hingga 4 November 2019.
"Perusahaan akan melakukan recall pada 56.663 unit Wagon R dan 78.222 unit Baleno untuk mengetahui adanya kemungkinan masalah pada pompa bahan bakar," tulis pihak Maruti Suzuki India dalam keterangan resminya, (15/7/20).
"Komponen yang rusak akan diganti secara gratis," sambung keterangan resmi tersebut.
Walaupun tidak dijelaskan secara rinci, namun adanya masalah pada fuel pump ini bisa menyebabkan mesin mati mendadak atau susah dinyalakan akibat terhambatnya pasokan BBM ke ruang bakar.
Jika Wagon R dan Baleno Hatchback di India terkena recall, apakah berimbas dengan yang beredar di Indonesia?
Mengingat Baleno Hatchback di Indonesia berstatus CBU dari India.
Menanggapi hal itu, Harold Donnel, Head of 4W Brand Development & Marketing Research SIS memastikan pihaknya tidak akan melakukan kampanye pemanggilan tersebut di Indonesia.
"Kalau Baleno (hatchback) sih kami enggak ada permasalahan sih ya, Indonesia aman," tutur pria yang akrab disapa Harold ini saat dihubungi, (27/7/20).
Baca Juga: Baleno Pimpin Wholesales Hatchback Per Mei 2020, Salip Yaris dan Jazz
Harold menjelaskan, alasan pihaknya tidak melakukan recall untuk Baleno Hatchback dikarenakan adanya perbedaan seri komponen antara di Indonesia dan India.
"Karena beberapa part yang kemarin di-recall berbeda spesifikasinya dengan di Indonesia," terang Harold.
"Jatuhnya di kita (Indonesia) enggak ada campaign recall tersebut walaupun produksinya dari India," papar Harold.
"Jenis mungkin boleh sama, tapi kan produksi part bisa beda-beda, entah itu kode A, B atau C," tuturnya.
"Nah, punya Indonesia enggak ada permasalahan tersebut," tandasnya.