Otomotifnet.com - Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie ditngkap diduga terkait penyalahgunaan narkotika.
"Saya membenarkan NR dan AB (ditangkap), sementara dilakukan (pemeriksaan) di Polres Jakpus," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus, dikutip dari Kompas.com, (8/7/21).
Namun, Yusri belum bersedia membeberkan lebih jauh mengenai kasus itu.
"Nanti siang setelah dzuhur saya akan konferensi pers (terkait penangkapan Nia dan suaminya) di sana (Mapolres Jakarta Pusat)," ujar Yusri.
Bicara kedua pasangan tersebut, ternyata ayah dari Ardi Bakrie yakni Aburizal Bakrie pernah memiliki proyek ingin membuat mobil nasional pada 1990-an silam.
Baca Juga: Mobil Nasional Ide B.J. Habibie, Tercetus di Era Soeharto, Namun Tak Pernah Diproduksi
Tabloid OTOMOTIF No 14/VI terbitan 12 Agustus 1996, cerita Aburizal Bakrie mengembangkan prototipe mobil nasional buatannya yang diberi kode B-97 dimulai pada 1992.
Pada saat itu, Aburizal Bakrie melalui perusahaannya, Bakrie Motor mengontak biro konsultan Global Automotive Design and Technology (GADAT) yang berbasis di Singapura.
Mereka kemudian bekerja sama dan mengumpulkan data pasar, kompetitor, sumber daya hingga lainnya.
Hal ini perlu dilakukan karena Bakrie ingin mencoba memasarkan mobilnya di wilayah ASEAN, Amerika Latin dan Eropa.
Setelah tahap studi dan lanjutannya selesai, maka diputuskan konsep serta desain yang akan dibuat oleh teknisi dari Bakrie Motor.
Bakrie Motor kemudian merekrut lima perusahaan yang akan membantunya mengembangkan prototipe mobil Bakrie, salah satunya Peugeot Citroen Moteur (PCM) sebagai penyedia mesin.
Setelah konsep dan desain sudah jadi, Aburizal Bakrie pun mencoba untuk membuat tujuh unit prototipe, empat unit untuk tes jalan di Leyland Technical Center (LTC) dan sisanya statis.
Kepala proyek Bakrie Motor pada saat itu, Basoeki Soebiakto mengatakan, pemilihan sasis konvensional ketimbang sasis monokok untuk mobil Bakrie B-97 bukan tanpa alasan.
"Konsep fondasi sasis membuatnya mudah dimodifikasi tanpa harus mengubah sasis desainnya," katanya, dikutip dari Tabloid OTOMOTIF No 14/VI terbitan 12 Agustus 1996.
Kemudian untuk suspensi depan dibuat indepen, mengandalkan sokbreker Kayaba yang sudah diproduksi di Indonesia.
Baca Juga: Mobil Esemka Masihkah Engkau Dirakit? Kabarmu Seakan Tenggelam
Tidak lupa para teknisi juga memasang torsion bar sejajar dengan sasi sebagai pengganti per keong, membuat mobil nasional buatan Aburizal Bakrie ini punya bantingan suspensi yang empuk.
Untuk membuatnya semakin stabil, maka dipasangkan stabilisator yang melintang dari kiri ke kanan dan berfungsi sebagai anti-roll bar.
"Satu-satunya mobil yang memakai anti-roll bar sebagai kelengkapan standarnya," ujar Suryanto Hariadi, salah satu staf engineering Bakrie Motor.
Urusan part-part lokal di Bakrie B-97, bisa terlihat dari beberapa komponen yang terpasang.
Seperti untuk sistem pengereman, mobil Bakrie B-97 dibekali dengan rem cakram di bagian depan dan tromol untuk bagian belakang yang merupakan buatan pabrik Bakrie Tosan.
Beralih ke dapur pacunya, Bakrie Motor menyediakan tiga varian mesin, yakni 1.900 cc turbo intercooler, empat silinder 8 klep 2.000 cc dan empat silinder 16 klep 2.000 cc.
Ada kurang lebih 10 persen dari komponen ketiga mesin tersebut dibuat secara lokal di Indonesia.
Lalu masih banyak lagi part-part yang dibuat secara lokal dari mobil Bakrie B-97 rancangan Aburizal Bakrie dan timnya.
Saat pengembangan prototipe dan pengetesan dirasa sudah cukup, mereka bisa beralih ke tahap produksi yang rencananya dilakukan secara lokal.
Untuk panel bodinya, Bakrie Motor sampai akan membangun pabrik khusus yang ditempatkan di Cikarang, Jawa Barat.
Baca Juga: Mobil Langka Asal Indonesia Yang Cuma Ada 30 Unit, Dijual Rp 45 Juta!
Sementara untuk perakitannya dipercayakan pada Ningz Pacific Motor yang mayoritas sahamnya dimiliki Grup Lippo dan Bakrie.
Proses perakitan pada saat itu direncakan bisa dilakukan pada Juni 1997 dan dihitung ada 40 persen kandungan lokal di Bakrie B-97.
Selanjutnya mobil nasional buatan Aburizal Bakrie dan timnya akan dilaunching secara resmi di Jakarta Convention Center pada Desember 1997.
Pada saat itu, Bakrie B-97 direncanakan punya banderol mulai dari Rp 38,5 juta hingga Rp 60 juta.
Kelengkapan standarnya meliputi AC, blower AC tengah, radio-tape dan power steering.
Versi tertinggi dari mobil Bakrie diketahu dilengkapi dengan transmisi otomatis.