Otomotifnet.com - Jarang-jarang lo ada orang yang memelihara mobil sekian lama dari baru.
Apalagi jenis yang dibeli bukan barang yang tergolong mobil hobi atau bakal calon collector item melainkan mobil yang dipakai operasional sehari-hari.
Contohnya Dimas IP, ia membeli Toyota Kijang Krista pada tahun 1998. Kijang Krista dengan mesin 7K yang berpemasok bensin karburator ini masih menemaninya hingga kini.
Menurut Dimas IP, Mobil keluarga ini pernah dibikin ceper statis saat masih kuliah dulu. Namun akhirnya diubah lagi lantaran mentok melulu.
"Kijang kodratnya ladderframe, bukan monocoque," begitu ucapnya kepada Otoseken.id membuka kisah.
Ia pun mengaku enggak tahan untuk mengubahnya menjadi Kijang ALTO alias All Terrain Off-Road, sebuah tren gaya off-road buat mobil-mobil 2WD.
"Alasan dibikin ALTO karena untuk operasional dan enggak tahan standar," ungkapnya.
Menurutnya, ia membangun sendiri Krista ALTO dengan mencoba mengganti ban standar pakai Bridgestone R14 27x8,5.
Tapi pelek standar kurang mendukung kegagahan, sementara mau pakai adaptor takut retak di PCD karena beban gantung terlampau jauh.
Solusinya, bikin pelek kaleng custom R14 lebar 8,5 inci ET 0, ini karena pelek R14 lebar 8 enggak ada yang jual.
Ia pun melajutkan dengan beberapa kendala dan solusi selama membangun Krista ALTO.
Baca Juga: Toyota Kijang Krista AT Bantai Innova Awal, Harga Tembus Rp 100 Juta
Kendala pertama yakni pelek harus dimal lagi dengan menambah dempul besi di bagian sambungan supaya enggak muncul korosi.
Kendala kedua, setelah fitting, sisi ban mepet dengan sisi fender (bagian depan). Solusi awal menaikkan torsi per depan dan roll ulang per belakang.
Hanya saja langkah ini bikin ayunan suspensi jadi keras.
"Solusi kedua, suspension lift tambah ball joint lift custom 5 cm buat depan, pesen di tukang bubut"
"Untuk belakang custom anting 15 cm plus shock ganti pake punya Panther Grand Touring karena lebih panjang dan ayunan lebih soft dan stabil," ulasnya.
Kendala ketiga, setelah tambah suspension lift depan 5 cm, ternyata setingan ini makan ban dan bikin botak sebelah meski sudah spooring balance.
Solusinya, setting chamber dengan menambah shimmer atau baut chamber diganjal ring cincin ketebalan 0,4 mm.
"Pakai 2 pcs tiap sisi kanan kiri depan dan ball joint lift dipapas lagi dari 5 cm ke 4 cm," ungkap Dimas.
Adapun risetnya ini makan waktu selama setahun.
Namun hal ini pun kayanya masih enggak bikin puas.
Sebab Dimas sudah menyiapkan project lanjutan, ingin canggok sistem 4WD punya Toyota Hilux seri pertama.
"Karena pernah nyimak dari Top Gear BBC Channel, ladder frame Hilux sama kaya Toyota Condor atau Kijang versi Afrika)"
"Jadi solid axle depan dan transfer case tinggal PnP di sasis Kijang Kapsul Krista 7K. Baru nanti tenaga mesin standar disesuaikan bila dirasa loyo bermain 4x4," papar Dimas.
Lalu, berapa biaya yang dihabiskan untuk meriset Kijang Krista jadi ALTO ini?
Dimas lantas memperinci biaya yang sudah dikeluarkan.
Yakni Pelek custom R14 lebar 8 Rp 3,5 juta. Custom ball joint lift (Rp 400 ribu), anting per custom (Rp 650 ribu), shock belakang Isuzu Panther Grand Touring set Tokico Japan (Rp 900 ribu), shock depan Kayaba premium set (Rp 400 ribu).
Ban pertama Bridgestone Dueler A/T size 27 x 8,5 R14, 4 pcs (Rp 4,4 juta). Ban kedua Achilles Desert Hawk M/T size 27x8,5 R14, 4pcs, Rp 3,6 juta.
Ongkos mekanik total selama 1 tahun Rp 2,5 juta.
Aksesoris tambahan, towing guard belakang (Rp 650 ribu), spot light 45 watt 2pcs (Rp 320ribu), LED H4 XHP5.0 (Rp 1,2 juta). Total biaya Rp 18.520.000.
Menariknya, setelah sekian lama eksis dan meredup, enggak semua familiar dengan istilah istilah ALTO.
Seperti diposting akun Instagram Otoseken.id, salah satu netizen bertanya apa itu ALTO.
@anangkucing
Alto apaan?
otosekenid
@anangkucing gaya offroad buat mobil 2wd, ngetren awal 2000an dulu
andrysevenseas
@anangkucing all terrain off-road
d_aristocratic
@anangkucing ALTO itu akronim dari All Low Terrain Off-Road. Buat terabas jalan offroad yg ringan sampai medium-ringan.
Boleh jadi generasi zaman now memang enggak familiar dengan gaya yang ngetren medio 2000-an dulu.