Otomotifnet.com - Ada potensi Pertalite RON 90 tercipta dari campuran daun jeruk purut dan sampah platik.
Riset ini dikembangkan oleh tiga mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Teknik Kimia Universitas Brawijaya bernama Halifah Salsabila, Galuh Wahyu Karti’a dan Fadhilah Al Mardhiyah.
Fadhila mengatakan limbah plastik berpotensi sebagai BBM untuk mengatasi kelangkaan energi berkelanjutan.
Namun daun jeruk purut yang dimaksud sudah diolah hingga mendapat ekstraknya.
"Karena hasil dari minyak pirolisis sampah plastik tersebut memiliki oktan yang cukup rendah. Kami menambahkan bioaditif dari ekstrak daun jeruk purut karena komponen penyusunnya banyak mengandung oksigen," terang Fahila, (1/8/21).
Baca Juga: Pekerja Bangunan Ciptakan Solar Berbahan Limbah Plastik, Kantong Kresek Pun Jadi
"Sehingga mampu meningkatkan pembakaran bahan bakar dalam mesin dan meningkatkan nilai oktannya," jelas Fadhila.
Mereka dibimbing oleh Dr Yuniar Ponco Prananto SSI MSc.
Ditambahkan dia, kandungan oksigen dalam daun jeruk purut dapat memaksimalkan proses pembakaran pada mesin.
Hal ini berarti jumlah energi yang dihasilkan akan semakin besar sehingga konsumsi BBM pun akan semakin menurun.
"Minyak daun jeruk purut sangat berpotensi menjadi zat aditif untuk bahan bakar minyak terutama RON 90 (Pertalite) dan RON 88 (Premium)," tambah Halifah Salsabila.
Untuk membuat BBM, tim PKM RE (Riset Eksakta) tersebut mencampurkan minyak daun jeruk purut kurang dari satu persen volume minyak hasil pirolisis.
Meskipun hasil penelitian ini masih relatif awal, potensi eksplorasi bahan alam sebagai bioaditif dan formulasi bioaditif dengan sumber BBM lainnya masih terbuka.
Apalagi di UB juga terdapat Institut Atsiri yang dapat membantu mahasiswa dan dosen untuk mengeksplor bioaditif ini lebih lanjut.
"Semoga penelitian ini dapat memberikan alternatif solusi dalam mengurangi tingginya jumlah sampah plastik di Indonesia menjadi produk yang layak dalam rangka ketahanan energi nasional," tambah Galuh.
Selain itu, juga dapat membuka wawasan akan kekayaan alam Indonesia yang masih sangat bisa dikelola potensinya, serta mendukung pencapaian SDGs nomor 7 yaitu energi bersih dan terjangkau.