Kegiatan ini diprakarsai oleh PT Pembangunan Perumahan Semarang Demak (PPSD) selaku Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang nantinya akan mengelola operasional Tol Semarang-Demak.
Lalu, didukung oleh PT Lapi ITB selaku Perencana Rincian Teknik Akhir Tol Semarang-Demak Seksi 1.
Selain sistem matras bambu, penguatan kondisi tanah juga dilakukan dengan cara pemasangan material pengalir vertikal pra-fabrikasi atau PVD.
Selain itu, ada pelaksanaan pembebanan menggunakan material pasir laut yang diambil menggunakan alat Trailing Suction Hopping Dredger atau TSHD.
Kepala BBPJN Jawa Tengah-DIY, Satrio Sugeng Prayitno mengungkapkan, metode-metode tersebut diharapkan tidak hanya akan memberikan konstruksi tanggul laut terintegrasi dengan jalan tol yang efisien dari segi biaya.
Baca Juga: Proyek Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 2 Terkendala, Ganjar Beri Solusi Ini
"Namun, juga dapat menyediakan infrastruktur yang andal dan berkesinambungan pada masa mendatang," ucap dia.
Konstruksi tanggul laut terintegrasi dengan jalan tol ini merupakan konstruksi yang baru pertama kali dilaksanakan di Indonesia.
Sehingga, hal ini pastinya akan menjadi tantangan tersendiri bagi Kementerian PUPR dalam pelaksanaannya.
Tantangan berat lainnya adalah pada proses pengadaan yang masih terbentur pada pelaksanaan penentuan tanah musnah dan regulasi atau payung hukum yang belum terbit.
Payung hukum ini terkait penanganan dampak sosial atas tanah musnah dalam rangka pembangunan untuk kepentingan umum.