Sebagai informasi, para pengemudi bus Transjakarta memiliki jam kerja selama 8 jam sehari.
PT Transjakarta mengklaim, para operator membayar pengemudi secara tetap, bukan pada capaian tertentu seperti jarak tempuh.
Namun, KNKT mengaku akan juga mengaudit sisi organisasi dan manajemen hingga kesejahteraan para pengemudi.
Hal ini sebagai bagian dari investigasi human factors yang disinggung Soerjanto sejak awal.
Soerjanto juga membuka kemungkinan pada dugaan bahwa para pengemudi kurang familiar dengan bus yang mereka kemudikan setiap hari.
Baca Juga: Gara-gara Dongkrak, Pos Polisi PGC Rata Dengan Tanah Diseruduk Bus TransJakarta
Namun, ia menegaskan, hal itu masih sebagai dugaan awal belaka.
Bus-bus impor pabrikan Eropa, misalnya, diduga tidak cocok ergonominya dengan pengemudi lokal.
"Kalau di Jepang, pasti mereka akan menstandarkan untuk orang Jepang. Jadi dia selalu apa pun dari luar, dia akan bikin standar untuk ergonomi orang Jepang," sebut Soerjanto.
KNKT menargetkan audit ini bakal berlangsung selama 2 pekan. Hasilnya nanti dituangkan dalam beberapa butir rekomendasi kepada PT Transjakarta.
Dalam kesempatan yang sama, Plt Ketua Sub Komite Lalu Lintas dan Angkutan Jalan KNKT, Ahmad Wildan, meminta seluruh pihak bersabar.