Otomotifnet.com - Usai ada kenaikan harga Pertamax beberapa waktu lalu, konsumsi warga Jateng terhadap Pertalite mengalami peningkatan.
Peningkatan terjadi sekitar 16 persen dibandingkan dengan Februari 2022 lalu.
"Sales (penjualan-Red) Pertalite (April) naik 16 persen dibandingkan dengan rata-rata normal. Kami bandingkan dengan Februari, karena rata-rata konsumsi normal di bulan itu. Sedangkan Maret sudah ada isu Pertamax naik, sehingga tidak bisa dijadikan acuan," kata Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah (JBT), Brasto Galih Nugroho.
Data PT Pertamina Patra Niaga JBT terkait dengan kenaikan sales pertalite di Jateng terhitung dari rata-rata harian normal yang pada Februari sebanyak 7.294 KL menjadi 8.526 KL (rentang 1-12 April).
Hal itu cenderung berbanding berbalik dengan angka penjualan Pertamax yang terjadi penurunan.
Tercatat rata-rata harian normal Pertamax turun hingga 30 persen, yakni dari 3.286 KL pada Februari menjadi 2.296 KL pada April 2022.
"Sabtu-Minggu setelah penyesuaian harga Pertamax, ada peningkatan (Pertalite-Red) sekitar 9.900 KL, kemudian 9.700 KL, dibandingkan sebelumnya 8.000 KL. Tapi kemudian turun, dan bahkan 11 April tidak sampai 8.000 KL," jelas Brasto.
Menurut dia, dari data itu belum bisa dipastikan terkait dengan tren kenaikan konsumsi Pertalite pada April ini, sebab terjadi secara fluktuatif.
"Jadi memang masih fluktuatif, dan kami masih memantau tren Pertalite ini ke depan rata-rata hariannya seperti apa," sambungnya.
Sementara, menanggapi adanya kekosongan BBM jenis Pertalite di sejumlah SPBU beberapa waktu lalu, Brasto meminta masyarakat untuk tidak khawatir akan adanya kelangkaan. Hal itu diduga terjadi akibat adanya penyesuaian.