Otomotifnet.com - Pembangunan tol Solo-Jogja mencermati garis imajiner.
Garis lurus ini membantang dari Gunung Merapi-Tugu Golong Gilig-Keraton Yogyakarta-Panggung Krapyak-Laut Selatan.
Sumbu filosofis ini memiliki makna kesimbangan antara hubungan Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan Sesama Manusia, serta Manusia dengan Alam.
Mengutip dari laman etd.repository.ugm.ac.id, dari Panggung Krapyak ke utara hingga Kraton melambangkan sejak bayi dari lahir, beranjak dewasa, berumah tangga hingga melahirkan anak.
Sedangkan dari Tugu ke Keraton melambangkan perjalanan manusia kembali ke Sang Pencipta.
Tugu Golong Gilig dan Panggung Krapyak juga merupakan simbol Lingga dan Yoni yang melambangkan kesuburan.
Dari kesemuanya itu, Keraton Yogyakarta menjadi pusatnya.
Keraton Yogyakarta dianggap suci karena diapit enam sungai secara simetris yaitu sungai Code, Gajah Wong, Opak Winongo, Bedhog dan sungai Progo.
Ada pula Gunung Merapi dan Pantai Selatan yang menjadi ujung garis imajiner, dengan Keraton berada tepat di tengah-tengah keduanya.
Jauh sebelum kasultanan ini berdiri, Sri Sultan Hamengku Buwono I telah memikirkan konsep penataan kota yang demikian unik.
Terkait tol Solo-Jogja, adanya penyesuaian desain yang diminta oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Hal ini lantaran Sultan HB X meminta agar pembangunan jalan tol ini tidak melanggar garis atau sumbu imajiner di kawasan Monuman Jogja Kembali (Monjali).
"Saya yang mengusulkan untuk desain diubah dari elevated menjadi at grade di kawasan tersebut," ucap Sri Sultan, (19/12/19) lalu.
"Tidak boleh pakai elevated harus didesain ulang," sambung Sri Sultan.
Sultan HB X menjelaskan, desain dari elevated menjadi at grade ini sudah disampaikannya ke pihak pemrakarsa dan pemerintah pusat.
Hal ini karena di Yogyakarta sangat menghormati adanya sumbu atau garis imajiner dari Merapi, Kraton hingga Pantai Selatan.
"Kalau mau ya harus diubah (desainnya), kalau engga mau ya engga jadi (ada jalan tol) engga apa-apa daripada merusak garis imajiner," tuturnya.
"Tetapi, (pemerintah pusat) mau untuk diubah dan tidak masalah," jelasnya.
Sultan mengatakan, pemerintah pusat melalui Kementrian Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral sudah setuju untuk redesain konstruksi ini, maka di kawasan Monjali akan dibuat atgrade.
Sultan menyebutkan, konstruksi atgrade ini berkisar antara 400 hingga 800 meter.
"Ya sekitar 400 hingga 800 meter saja. Kira-kira dari timur 200 meter, kemudian ke barat 200 meter yang penting titik imajinernya tidak rusak. Ini justru bisa jadi pintu masuk dan keluar tol juga,” ulasnya.
Sebagi info, tol Solo-Jogja-YIA Kulon Progo memiliki panjang 96,57 kilometer.
Tol Solo-Jogja-YIA KuloN Progo melintasi dua provinsi, yakni Jawa Tengah sepanjang 35,64 km.
Serta Provinsi DIY sepanjang 60,93 km.
Kabar terbaru, pembangunan konstruksi tol Solo–Yogyakarta-YIA Kulon Progo memasuki pengerjaan Seksi 1 ruas Kartosuro-Purwomartani sepanjang 42,38 Km.
Pengerjaan Seksi 1 itu dibagi menjadi Paket 1 Solo - Klaten (22,3 Km) dan Paket 2 Klaten - Purwomartani (20,08 Km).
Pembangunan paket itu baru dengan progres mencapai 20,72 persen.
Sedangkan untuk Seksi II Purwomartani-Gamping sepanjang 23,43 km terbagi menjadi 2 paket.
Paket 2.1 Purwomartani-Monjali (9,43 Km) dan Paket 2.2 Monjali - Gamping (14 Km).
Untuk Seksi III Gamping - Purworejo sepanjang 30,77 Km terbagi menjadi dua paket.
Yaitu Paket 3.1 Gamping - Wates (17,45 Km) dan Paket 3.2 Wates - Purworejo (13,32 Km).
Untuk Seksi II dan III masih dalam tahap persiapan pekerjaan fisik dengan target selesai pada tahun 2024.
Pelaksanaan pembangunan tol yang dikelola Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Jogjasolo Marga Makmur terdapat sembilan simpang susun (interchange) dan satu persimpangan (junction) Sleman.
Kesembilan Simpang Susun (SS) tersebut yakni:
- SS Kartosuro,
- SS Karanganom,
- SS Klaten,
- SS Prambanan dan Manisrenggo,
- SS Purwomartani,
- SS Gamping,
- SS Sentolo,
- SS Wates,
- SS YIA.
Baca Juga: Goweser Senyum Lebar, Sepeda Bakal Diperbolehkan Melewati Tol Solo-Jogja