"Rusia kan sudah nawarin ke kita, minyak kita nih hanya 30 persen lebih murah dari harga pasar internasional," ucap Sandiaga, (22/8/22).
"Kalau buat teman-teman CEO ambil tidak? Ambil. Pak Jokowi mikirnya sama ambil," kata Sandiaga.
Namun, ucap Sandiaga Uno, langkah untuk beli minyak dari Rusia masih dipertimbangkan.
Sebab, ada pihak yang tak setuju dengan mempertimbangkan Indonesia di embargo oleh AS.
"Ya biarin sajalah kalau kita diembargo paling kita tidak makan McDonalds, makan Baba Rafi lah dan kadang-kadang apa yang kita lihat itu sangat berbeda dari perspektif mungkin geopolitik dari segi makro ekonomi," tegas Sandiaga.
"Tapi ini memang tantangan ya karena barat ini kan ya mau bagaimanapun mereka kontrol teknologi payment," tutur Sandiaga Uno.
Menurut Sandiaga Uno, di situasi dan kondisi ekonomi global yang tidak menentu karena pandemi serta adanya perang Rusia-Ukraina saat ini, menuntut untuk bersikap bijak.
"Tegas untuk tidak pro terhadap salah satu negara, justru harus pandai mengambil peluang dengan kalkulasi yang matang demi kebangkitan ekonomi, terciptanya 4,4 juta lapangan kerja baru bagi masyarakat hingga tahun 2024," sebut Sandiaga Uno.
Kenaikan harga BBM dunia imbas adanya perang tersebut, kata Sandiaga Uno, menciptakan multiplier effect negatif dengan meningkatnya inflasi, yang mengakibatkan naiknya harga-harga bahan pokok yang kita mulai rasakan saat ini.
"Optimis, kita bisa melewati badai ini dengan baik melalui beragam inovasi, adaptasi dan kolaborasi," ujarnya.
"Serta beragam kebijakan yang tepat sasaran, tepat manfaat dan tepat waktu," tutur Sandiaga Uno.
Diketahui, kini harga Pertalite masih dijual Rp 7.650 per liter karena mendapat subsidi dari pemerintah.
Sedangkan isu yang berhembus, harga Pertalite akan naik menjadi Rp 10 ribu per liter.
Harga itu masih di bawah harga keekonomian Pertalite yang mencapai Rp 17.200 per liter.
Baca Juga: Presiden Jokowi Angkat Bicara Soal Harga Pertalite Rp 10 Ribu, Semua Diminta Hitung