Otomotifnet.com - Pembalap MotoGP juga manusia biasa yang merasakan deg-degan.
Saat ngebut di sirkuit, detak jantung pembalap MotoGP akan melonjak drastis.
Angka yang pernah tercatat mencapai 160 sampai 170 bpm per menitnya.
Sedangkan rata-rata orang normal dengan aktivitas biasa, detak jantungnya hanya berkisar dari 60 hingga 100 bpm (beat per minute).
Angka 160-170 bpm mirip dengan seseorang yang sedang berolahraga berat.
Oleh itu MotoGP di era sekarang sudah tak diragukan lagi sebagai salah satu olahraga fisik.
Walau tidak berlari seperti olahraga fisik pada umumnya, ketegangan dan aksi pembalap sudah cukup untuk membuat detak jantungnya naik.
Sudah setinggi itu, ternyata ada juga yang angkanya jauh melebihi rata-rata pembalap MotoGP, bahkan rata-rata atlet secara umum, yakni mencapai 200 bpm.
Adalah pembalap tim Pramac Racing, Jorge Martin, yang detak jantungnya sering kali mencapai 200 bpm saat balapan.
Kendati demikian, ada juga pembalap yang detak jantungnya sangat rendah dan jauh dari rata-rata pembalap lainnya.
Pembalap itu adalah Maverick Vinales, rata-rata detak jantungnya hanya berkisar 100-120 bpm saja saat memacu motornya dan sesekali menyentuh 130 bpm.
Bagaimana pun situasinya, detak jantung Vinales jarang sekali melebihi angka 130 bpm di saat pembalap lain lebih dari 160 bpm.
Jack Miller bahkan pernah menyebut Vinales seperti ular, karena jantungnya tetap 'low profile' meski melaju dengan sangat kencang di atas trek.
Namun di balik itu semua, yang luar biasa adalah kekuatan jantung para pembalap untuk menahan beban setinggi itu.
Layaknya atlet pada umumnya, pembalap juga harus melakukan latihan fisik untuk memperkuat jantungnya.
Selain memperkuat massa otot, para pembalap harus melakukan latihan pernapasan untuk melatih kekuatan jantung.
Bersepeda adalah salah satu latihan yang paling digemari pembalap MotoGP, karena potensi menaikkan denyut jantung relatif lebih tinggi dari latihan-latihan fisik di gym.
Baca Juga: Beda Sama Kita, Pembalap MotoGP Bisa Kedip Sekali Dalam Jeda 9 Menit