Mobil Penggerak Belakang Memang Kuat Nanjak, Tapi Ini Minusnya

Andhika Arthawijaya - Jumat, 9 Juni 2023 | 19:30 WIB

Ilustrasi mobil RWD eces dipakai nanjak (Andhika Arthawijaya - )

Otomotifnet.com – Penggemar mobil penggerak belakang boleh berbahagia, karena beberapa produsen mobil masih pertahankan sistem penggerak belakang di beberapa produknya. 

Seperti baru-baru ini Daihatsu Indonesia meluncurkan Terios versi anyar (New), yang masih tetap pertahankan mesin penggerak roda belakangnya alias RWD (Rear Wheel Drive).

Yup, mobil penggerak roda belakang memang terkenal badak soal handling dan kemampuan nanjak.

Pasalnya, kelebihan mobil RWD ini adalah distribusi bobotnya yang termasuk ideal.

Dimana posisi mesin di depan, lalu girboks yang umumnya mengarah ke tengah mobil, kemudian dilanjut drive shaft (as kopel) di tengah, lalu differensial di belakang.

Baca Juga: Kabar Gembira, New Terios 2023 Masih Pertahankan Tiga Poin Kritis Ini

Nah, dengan distribusi bobot yang lebih ideal ini, umumnya mobil penggerak roda belakang memiliki handling yang lebih baik.

Selain itu, karena yang digerakkan adalah roda belakang, ban belakang tak mudah kehilangan traksi lantaran bobot kendaraan cenderung “lari” ke belakang ketika posisi mendaki. 

Namun di balik keunggulannya tersebut, penggerak roda belakang juga memiliki beberapa kelemahan.

Pertama adalah efisiensi penyaluran tenaga. Karena posisi mesin di depan, maka tenaga akan disalurkan ke roda belakang via beberapa komponen, seperti girboks dan drive shaft atau as kopel hingga differensial atau gardan belakang.

Perjalanan panjang tersebut membuat tenaga mesin banyak ‘terserap’ sebelum mencapai roda belakang.

“Tenaga dari mesin ketika sampai di roda belakang akan tereduksi hingga mencapai 30 persen,” beber Agung Saputro, Workshop Manager Honda Megatama, Kalimalang, Jakarta Timur beberapa waktu silam pada Tabloid OTOMOTIF.

Hal ini tentunya akan berdampak pula pada efisiensi bahan bakar yang jadi lebih boros dibanding mobil penggerak roda depan. 

Pada penggerak roda belakang, umumnya mesin menganut lay out longitudinal atau membujur, sehingga membutuhkan ruang mesin lebih besar.

Baca Juga: Konsultasi OTOMOTIF : Mobil Penggerak Depan As Roda Cepat Kalah?

Dok OTOMOTIF
Ilustrasi mobil dengan penggerak roda belakang (RWD)

Belum lagi lantai kabin akan disesaki dengan terowongan untuk transmisi dan drive shaft (as kopel). Hal tersebut akan mengkompensasi dimensi dan kelegaan kabin.

Selain itu, meski secara handling mobil penggerak belakang lebih baik, namun ia cenderung oversteer.

“Makanya penggerak roda belakang identik dengan handling yang lebih fun to drive, maka dari itu sports car rata-rata menganut penggerak roda belakang,” ujar Mizan Allan de Neve, desainer dan engineering otomotif.

Karena fungsi roda depan hanya berfokus pada kemudi dan roda belakang hanya untuk penggerak, beban kerja pada masing-masing roda juga dapat terdistribusi lebih optimal.

Efeknya, usia pakai pada komponen suspensi, kemudi dan penggerak dapat lebih panjang.