Waspada, Kesalahan Engine Brake Mobil Matic, Komponen Ini Rawan Rusak

Dok Grid - Jumat, 16 Agustus 2024 | 09:34 WIB

Ilustrasi konstruksi transmisi matic konvensional (Dok Grid - )

Otomotifnet.com – Efek engine brake biasanya diperlukan untuk membantu mengurangi laju kendaraan selain pakai rem biasa.

Trik ini umum dilakukan pada mobil transmisi manual ketika ingin mengurangi speed secara cepat, misal saat di jalan menurun maupun datar.

Nah, di mobil bertransmisi otomatis atau matic pun bisa juga diterapkan.

Namun untuk mobil matic konvensional (torque converter), jangan sembarangan menurunkan posisi gigi untuk dapatkan efek engine brake.

Baca Juga: Harus Tahu, Begini Cara Parkir Mobil Matik di Tanjakan Agar Transmisi Gak Gampang Nyangkut 

"Bisa rusak transmisi matic-nya," wanti Hariadi, Assist. To Dept. Head Service PT Suzuki Indomobil Sales (SIS).

Misalnya ketika kecepatan masih tinggi, kemudian posisi gigi dipindah ke 2 atau langsung L, "Yang ada jebol matic-nya," tambahnya.

Menurut Suwandi, Service Advisor bengkel resmi Suzuki Sejahtera Buana Trada (SBT) di Pulogadung, Jakarta Timur, resiko yang akan terjadi pada mobil matic konvensional, yaitu torque converter-nya bisa mengalami kerusakan.

"Karena saat kecepatan tinggi dan gigi transmisi langsung diposisikan di gigi rendah, komponen ini (torque converter) seperti dipelintir tiba-tiba," jelasnya.

Andhika Arthawijaya/Otomotifnet
Ilustrasi menurunkan posisi transmisi matic untuk mendapatkan efek engine brake

Konverter ini ibarat kopling pada transmisi manual, namun bekerjanya secara hidrolik.

Ia yang bertugas memindahkan tenaga mesin ke transmisi, lalu diteruskan ke roda.

"Komponen ini yang menghubungkan putaran mesin ke transmisi matic-nya," jelas Suwandi.

Di dalamnya berisi semacam susunan kopling, turbin, serta terisi minyak transmisi atau yang biasa disebut Automatic Transmission Fluid (ATF).

Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Rahasia Agar Mobil Matic Selalu Sehat dan Kuat di Tanjakan

Radityo Herdianto
Komponen Internal Torque Converter pada Transmisi Otomatis
 

Jadi bisa dibayangkan bila konverter ini terpelintir dengan kecang secara tiba-tiba, tentunya komponen di dalamnya akan berisiko rusak.

Sekadar gambaran, OTOMOTIF sempat melakukan pengujian berlari pada kecepatan 100 km/jam menggunakan Suzuki Ertiga Dreza GS AT (putaran mesin di 2.500 rpm).

Kemudian pada kecepatan tersebut gas dilepas, dan posisi transmisi yang tadinya di over drive (gigi 4), kami matikan over drive-nya (turun gigi 3), tiba-tiba rpm mesin langsung melonjak ke angka hampir 4.000-an rpm. Suara mesin juga seperti "teriak".

Coba bayangkan bila saat itu transmisinya langsung dipindah ke gigi 2 atau L, putaran mesin bakal teriak lebih tinggi lagi dan bisa “ambyar’ konverternya.

Baca Juga: Tips Merawat Transmisi Mobil Matic, Jangan Cuma Ganti Oli, Lakukan Ini