Kenyamanan juga ditunjang dari posisi duduknya, yang memang didesain nyaman!
Hal itu didapat dari segitiga berkendara yang memang santai. Didapat dari posisi setang yang termasuk tinggi dan lebar, dan pijakan kaki yang lebih maju dibanding jok. Makanya posisi berkendara jadi rileks.
Hal itu tentunya membuat berkendara ratusan kilometer jadi nyaman, enggak ada gejala pergelangan tangan dan pinggang pegal akibat setang nunduk.
Apalagi karakter busa joknya juga tebal dan empuk. Perjalanan lebih dari satu jam area pantat belum terasa pedas!
Apalagi juga ditunjang karakter suspensi yang kompromi antara kenyamanan dan handling.
Jadi redaman kedua suspensi bisa memberikan rasa nyaman, namun kestabilan ketika menikung juga bagus.
Suspensi depan yang andalkan upside down berdiameter as 41 mm dan belakang monosok jarak mainnya cukup, enggak pernah mentok, namun juga enggak bikin limbung ketika menikung kencang.
Jadi benar-benar kompromi yang memberikan kenyamanan selama turing.
Jadi kalau dipakai harian pun yakin akan sangat nyaman, karena untuk perjalanan jauh antarkota pun tak ada keluhan berarti.
Nah membahas handling, meski bobot basahnya diklaim mencapai 160 kg, namun ternyata saat dipakai terasa ringan dan lincah.
Selap-selip di kemacetan tak ada kesulitan, karena sudut belok setang masih besar.
Jarak sumbu roda 1.357 mm juga terbilang tak begitu panjang. Hanya berselisih tipis dari XSR 155 yang jarak sumbu rodanya 1.330 mm.
Dipakai melahap tikungan berliku ketika di daerang Cangar dan sebelum Jemplang, Bromo juga tak ada kesulitan.
Begitu mudah diarahkan dan enggak ada gejala ngebuang maupun melawan.
Asyiknya lagi, grip ban bawaan yang berkarakter semi dual purpose juga patut diacungi jempol.
Gripnya di jalan aspal kering mantap, ketemu jalan basah enggak terasa licin, lewat gravel juga masih oke.
Cuma memang kalau dipakai di trek pasir gembur seperti ketika melintasi lautan pasir Bromo tentunya tetap terasa licin, kalah jika dibanding motor trail yang pakai ban berprofil kembang tahu untuk off-road.