Selain itu juga meningkatkan bauran energi terbarukan Indonesia yang ditargetkan mencapai 23 persen pada 2025.
Penurunan emisi dapat terjadi karena etanol sebagai gasohol memiliki nilai oktan sebesar (RON) 128, sehingga pencampuran dengan bensin akan meningkatkan kadar oktan dan kualitas pembakaran BBM.
Saat ini, negara yang sukses mengembangkan bioetanol adalah Brazil.
"Yang dari Brazil kalau itu bisa kita lihat potensi pengembangannya di Papua. Karena dulu katanya bibit tebu asalnya dari Papua, pindah ke Portugis, baru ke Brazil. Nah sekarang balikin lagi ke habitatnya. Setelah balik lagi, bisa enggak kita optimalkan jadi etanol," tukasnya.
Adapun, Komisarius Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama enggan menjawab pertanyaan apakah Pertalite tetap menjadi Jenis BBM Khusus Penugasan bersama dengan Solar subsidi setelah kadar oktannya dinaikkan ke RON92.
Terkait dengan formulasi harganya pun, ia tidak mau menjabarkan.
“Itu bisa ditanyakan ke Bu Dirut (Nicke Widyawati) dan Menteri ESDM (Arifin Tasrif),” ujarnya, kepada Tribunnews, Jumat (1/9).
Ahok menyatakan, selama ini tidak pernah ada pembahasan Pertalite akan dihapus digantikan Pertamax Green 92.
“Tidak pernah ada pembicaraan Pertamax Green menggantikan Pertalite. Saya kira kalian salah kutip pernyataan Bu Dirut," ucapnya.
Baca Juga: Kenapa Harga Terbaru Pertamax Cs Jadi Selangit? Naik Sampai Rp 2.550 Per Liter