Otomotifnet.com - Program pemberlakuan Pertamax Green 92 untuk mengganti pertalite masih belum bisa dilakukan.
Hal itu disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif.
Pengembangan Pertalite jadi Pertamax Green 92 belum memungkinkan, karena stok bioetanol di dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan tersebut.
Diketahui, bahan baku bioetanol berasal dari tanaman tebu.
Saat ini, sentra perkebunan tebu skala besar baru ada di Jawa Timur.
"Ya sementara kan etanolnya kita belum punya (stok belum tercukupi). Kalau kita bisa produksi, kan sekarang kebun-kebun tebu di Jawa Timur mau diupayakan nih," katanya, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta (1/9).
Arifin pun mendorong adanya sentra perkebunan tebu berskala besar lainnya untuk dapat memasok bahan baku bioetanol.
Wilayah Papua diharapkan dapat dikembangkan.
Penggunaan bioetanol sebagai bahan campuran BBM digadang-gadang dapat menurunkan impor BBM jenis bensin, menurunkan polutan emisi kendaraan, dan menciptakan potensi lapangan kerja di sektor pertanian dan produksi bioetanol.
Manfaat lain bioetanol adalah potensi pengurangan emisi gas rumah kaca, hingga termasuk CO2, NOx dan Partikel PM2.5.
Selain itu juga meningkatkan bauran energi terbarukan Indonesia yang ditargetkan mencapai 23 persen pada 2025.
Penurunan emisi dapat terjadi karena etanol sebagai gasohol memiliki nilai oktan sebesar (RON) 128, sehingga pencampuran dengan bensin akan meningkatkan kadar oktan dan kualitas pembakaran BBM.
Saat ini, negara yang sukses mengembangkan bioetanol adalah Brazil.
"Yang dari Brazil kalau itu bisa kita lihat potensi pengembangannya di Papua. Karena dulu katanya bibit tebu asalnya dari Papua, pindah ke Portugis, baru ke Brazil. Nah sekarang balikin lagi ke habitatnya. Setelah balik lagi, bisa enggak kita optimalkan jadi etanol," tukasnya.
Adapun, Komisarius Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama enggan menjawab pertanyaan apakah Pertalite tetap menjadi Jenis BBM Khusus Penugasan bersama dengan Solar subsidi setelah kadar oktannya dinaikkan ke RON92.
Terkait dengan formulasi harganya pun, ia tidak mau menjabarkan.
“Itu bisa ditanyakan ke Bu Dirut (Nicke Widyawati) dan Menteri ESDM (Arifin Tasrif),” ujarnya, kepada Tribunnews, Jumat (1/9).
Ahok menyatakan, selama ini tidak pernah ada pembahasan Pertalite akan dihapus digantikan Pertamax Green 92.
“Tidak pernah ada pembicaraan Pertamax Green menggantikan Pertalite. Saya kira kalian salah kutip pernyataan Bu Dirut," ucapnya.
Baca Juga: Kenapa Harga Terbaru Pertamax Cs Jadi Selangit? Naik Sampai Rp 2.550 Per Liter