Otomotifnet.com - Program pemberlakuan Pertamax Green 92 untuk mengganti pertalite masih belum bisa dilakukan.
Hal itu disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif.
Pengembangan Pertalite jadi Pertamax Green 92 belum memungkinkan, karena stok bioetanol di dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan tersebut.
Diketahui, bahan baku bioetanol berasal dari tanaman tebu.
Saat ini, sentra perkebunan tebu skala besar baru ada di Jawa Timur.
"Ya sementara kan etanolnya kita belum punya (stok belum tercukupi). Kalau kita bisa produksi, kan sekarang kebun-kebun tebu di Jawa Timur mau diupayakan nih," katanya, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta (1/9).
Arifin pun mendorong adanya sentra perkebunan tebu berskala besar lainnya untuk dapat memasok bahan baku bioetanol.
Wilayah Papua diharapkan dapat dikembangkan.
Penggunaan bioetanol sebagai bahan campuran BBM digadang-gadang dapat menurunkan impor BBM jenis bensin, menurunkan polutan emisi kendaraan, dan menciptakan potensi lapangan kerja di sektor pertanian dan produksi bioetanol.
Manfaat lain bioetanol adalah potensi pengurangan emisi gas rumah kaca, hingga termasuk CO2, NOx dan Partikel PM2.5.