Otomotifnet.com - Direktur Utama (Dirut) Perum DAMRI Setia N. Milatia Moemin blak-blakan cerita susahnya jalur operasional bus DAMRI di pedalaman Papua.
Tak seperti di Pulau Jawa, kadang bus DAMRI yang beroperasi di pedalaman Papua harus melewati jalan berbatu bahkan menerobos perkebunan warga karena belum ada jalan aspal.
Bahkan pada daerah Papua yang terletak di dataran rendah, bus DAMRI harus menembus derasnya aliran sungai lantaran belum tersedianya infrastruktur jembatan.
“Ketika beroperasi di pedalaman, kadang-kadang belum ada jalan sehingga harus melewati kebun warga,” ujar Setia dalam Diskusi Publik “DAMRI Melayani Tiada Henti” (30/11/2023).
Dikutip dari Kompas.com, menurut Setia, jalur yang harus ditempuh oleh bus DAMRI di daerah perjalanan cukup jauh dan menantang karena beberapa rute ada di daerah konflik.
“Di pedalaman, sekolah itu hanya ada di pusat distrik. Setiap pagi kita jemput dari desa ke desa. Jadi kalau tidak dijemput ya mereka tidak datang sekolah karena jaraknya jauh,” papar wanita yang akrab disapa Tia tersebut.
Permasalahan lain yang dihadapi adalah keuntungan yang didapatkan tidak seberapa karena masyarakat tidak mampu membayar sesuai tarif yang tersedia.
“Tarif DAMRI disana itu sekitar Rp 10.000. Tapi terkadang mereka hanya bisa bayar pakai cabai atau ikan. Abis gimana lagi, emang mereka gak punya uang,” jelasnya.
Dengan adanya masalah ini, ia berharap ada mekanisme keuangan yang bisa memaksimalkan layanan DAMRI di pedalaman Papua.
Baca Juga: Bus DAMRI Buka Lagi Rute Lintas Negara, Berangkat Dari Pontianak