"Kemudian dijual kembali Timor Leste dengan estimasi harga antara Rp 100 sampai Rp 200 juta per unit," ujar Wira.
Dari aksinya tersebut, sindikat itu mengantongi keuntungan sekitar Rp 400 juta setiap bulannya.
Sedangkan jika diakumulasi selama setahun keuntungannya mencapai Rp 3-4 miliar.
"Berdasarkan hasil penelitian sementara, kami mencoba menghitung besaran keuntungan dari pelaku. Per tahunnya bisa mencapai angka Rp 3-4 miliar," ungkap Wira.
Di sisi lain, MY dan EI menyewa Gudang Balkir Pusat Zeni Angkatan Darat (Pusziad) di Sidoarjo, Jawa Timur, untuk menyimpan motor dan mobil hasil curian.
Wira mengatakan, gudang milik TNI AD itu disewa seharga Rp 30 juta per bulan.
"Tersangka menyewa lahan untuk menyimpan kendaraan barang bukti baik roda dua atau roda empat di sebuah gudang kosong di Jawa Timur dengan membayar setiap parkir kontainer Rp 2 juta, dengan estimasi per bulannya membayar Rp 20 juta sampai dengan Rp 30 juta," kata Wira.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad), Brigjen TNI Kristomei Sianturi menambahkan, Gudang Balkir Pusziad merupakan tempat untuk menyimpan barang-barang yang sudah tidak digunakan.
Ia menegaskan, pihaknya bakal melakukan evaluasi dan memperketat pengawasan di fasilitas-fasilitas milik TNI AD.