Otomotifnet.com - Semua jalan menanjak panjang pasti dibuat berkelok.
Jika melihat foto jalan berkelok dari udara, berasa banget buang-buang lahan.
Namun di balik itu, ada alasan logis yang patut dipahami demi keselamatan.
Pakar transportasi Universitas Indonesia (UI), Tri Cahyono mengatakan, terdapat beberapa alasan dasar sebuah jalan sengaja dibuat berkelok dan tidak lurus.
Menurut Tri, jalan yang dibangun berkelok pada dasarnya ditujukan untuk keselamatan pengguna jalan.
Jalan dengan bentuk berliku dan tidak hanya lurus juga mengikuti permukaan bumi yang menghubungkan titik satu ke titik lain.
"Di pegunungan dan perbukitan hal ini tidak dapat dihindarkan," ujarnya, saat dihubungi, (16/1/24) menukil Kompas.com.
Pada permukaan menanjak seperti kawasan pegunungan atau perbukitan, kelokan sangat dibutuhkan untuk menjaga kelandaian, sehingga jalan tidak menanjak secara ekstrem.
Bahkan, Tri menjelaskan, tempat-tempat tertentu dengan radius kelokan sangat kecil dapat menimbulkan kerawanan kecelakaan.
"Dari gambar ya bukan dikorupsi. Kalau dibuat lurus maka jalan akan mendaki dengan sangat curam," kata dia.
Kehati-hatian dalam melihat kendala yang ada di lapangan atau lahan tempat pembangunan jalan pun perlu diperhatikan.
Idealnya, sebuah jalan memiliki kelandaian kurang lebih 4-5 persen, dihitung dari selisih beda tinggi dengan panjang jalan.
Namun, kemiringan juga dapat mencapai maksimum 7 persen, dengan syarat maksimum panjangnya atau sejenis bordes pada tangga agar kendaraan mampu berjalan dengan baik.
"Gambar di atas jelas mendaki ke atas gunung," ucap Tri.
Bukan hanya menjaga kelandaian, jalan yang belok-belok kemungkinan disebabkan permasalahan pembebasan lahan.
Pasalnya, jalan tidak dapat dibangun jika lahan bermasalah atau masih dimiliki oleh orang-orang tertentu.
"Akibat permasalahan pembebasan lahan, mungkin terpaksa dikelokan," papar Tri.
Terpisah, Guru Besar Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM), Siti Malkhamah menjelaskan, pemilihan jalan yang dibuat berbelok-belok dibandingkan lurus mempertimbangkan medan.
Kondisi ini juga dapat disebabkan pertimbangan teknis teknologi yang sulit atau bahkan untuk menghindari biaya mahal.
Dengan demikian, trase jalan alinyemen horizontal atau kapan lurus dan kapan belok dirancang untuk memenuhi tiga aspek, yakni teknis, lingkungan dan ekonomi.
"Jadi secara praktis itu ada tiga, ada tiga variabel mengapa dipilih jalan itu (dibuat) membelak-membelok," ujar Siti, dikutip dari Kompas.com, Kamis (26/5/2022).
Siti menyebutkan, jalan yang dibangun secara berkelok dirancang sedemikian rupa untuk menjamin keselamatan pengendara yang melintas.
Pihak pembangun jalan juga memperhitungkan kecepatan maksimum kendaraan ketika melintasi belokan tersebut.
Tak jarang, saat berada di belokan, terdapat rambu-rambu yang memperingatkan pengendara terkait batas maksimum kecepatan.
Oleh itu, pengendara kendaraan harus mengikuti rambu dan marka ketika melintasi belokan jalan, termasuk rambu tentang batas kecepatan.
"Ketika menikung itu keseimbangan kita kan seolah merasa terlempar ke luar, itu gaya sentrifugal. Itu diimbangi oleh gaya gesekan (side friction). Side friction ini ketika hujan akan berkurang, sehingga hati-hati ketika hujan, kurangi kecepatan," tuturnya.
Baca Juga: Desain Tol Cisumdawu Dikomen Netizen, Ahli UGM Ungkap Alasan Dibuat Berkelok