Eri juga menambahkan, dengan non-tunai, transaksi akan berlangsung secara transparan.
Apabila pendapatan jukir memang masih di bawah standar pendapatan di Surabaya, Pemkot akan memberikan intervensi lainnya kepada para jukir.
"Dengan kejujuran, kita bisa tahu pendapatan asli. Kalau enggak sampai Rp 3 juta (tiap jukir), berarti apa (butuh) sentuhan (intervensi pemerintah) lainnya? Kalau sekarang kan kita sama-sama enggak tahu, (jukir) dapat berapa," katanya.
Eri mengaku bahwa masyarakat menyambut baik terobosan ini, meskipun ada pihak-pihak yang masih menolak.
Ia mengajak warga Surabaya untuk berlatih dengan kejujuran dan tidak membayar secara tunai.
"Penduduk Surabaya ini 3 juta (jiwa). Terus kalau 100 orang enggak setuju, kita nurut yang 100? Ayolah. Dengan non-tunai kita bisa berlatih dengan kejujuran," ujarnya.
Ia juga mengajak warga untuk sama-sama memberikan pendidikan dengan kejujuran. "Ayo jujur.
Masak kita harus awasi terus? Saya mengajak warga untuk sama-sama memberikan pendidikan dengan kejujuran," katanya.
Selain itu, Eri menjamin keamanan para jukir dan lepas dari intervensi pihak-pihak tertentu.