"Sewanya Rp 1 juta sebulan dengan jarak tempuh pemakaian 3 ribu km," ujar seorang tenaga penjual VinFast di ajang IIMS 2024.
"Kalau lebih dari 3 ribu km, ada tambahan lagi nanti diinfo lewat aplikasi. Kalau enggak sampai 3 ribu km, bulan depan dari nol lagi, bayar Rp 1 juta," paparnya.
Menurutnya, skema ini membuat konsumen enggak perlu khawatir dengan masa pakai baterai mobil listrik di masa yang akan datang seperti di merek-merek lain.
Tentu ini skema yang menarik jika melihat dari sudut pandang kekhawatiran publik akan masa pakai dan garansi baterai. Maklum, mobil listrik merupakan 'mahluk baru' di kancah otomotif nasional.
Namun melihat kebiasaan konsumen tanah air yang ingin simpel, skema ini masih bikin penasaran, akan sukseskah?
Pasalnya, setelah membayar harga mobil, konsumen dihadapkan pada 'kewajiban' sewa baterai.
Jika pembelian mobil dilakukan secara kredit, konsumen kredit dihadapkan pada urusan bayar angsuran plus tambahan sewa baterai.
Di mobil listrik lain, pada masa-masa ini tak ada 'kewajiban' tersebut.
Sementara di mobil konvensional, konsumen bisa membayar bahan bakar sesuai yang akan dipakai.
Jika mobil mengendap sebulan di garasi, bahan bakar bisa dipakai pada bulan selanjutnya.
Nah, di sinilah akan muncul sebuah fenomena menarik.
VinFast tak hanya punya pe-er untuk menjual mobil tapi juga mensosialisasikan budaya baru yakni sewa baterai. Kita lihat saja.