Cap Sukolilo Penadah Curanmor Melekat, Pensiunan Jenderal Polisi Bintang Tiga Gak Terima

Irsyaad W - Selasa, 25 Juni 2024 | 10:30 WIB

Kolase kasus pengeroyokan bos rental mobil di desa Sumbersoko, Sukolilo, Pati, Jawa Tengah (Irsyaad W - )

Otomotifnet.com - Wilayah Sukolilo, Pati, Jawa Tengah mendapat cap negatif.

Mulai kampung penadah curanmor, kampung bandit, Penadah Kendaraan Rental, Desa Pembunuh, Desa Penadah sampai Desa Kumpulan Maling.

Atas sebutan yang kini melekat itu, pensiunan jenderal polisi bintang tiga gak terima.

Yakni Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Komjen Pol (Purn) Nana Sudjana.

Ia meminta masyarakat berhenti menyebut Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, sebagai kampung bandit.

Tak lain latar belakang stigma ini karena meledaknya kasus pengeroyokan yang menewaskan bos rental mobil asal Jakarta inisial BH (52) di desa Sumbersoko, Sukolilo, Pati, (6/6/24) lalu.

Nana menegaskan, tidak semua warga Sukolilo terlibat dalam kasus tersebut sehingga tidak sepatutnya stigma buruk tersebut dilanggengkan.

"Ini perlu klarifikasi, itu hanya oknum dari masyarakat dan tidak sepantasnya kemudian orang-orang mengecap ini kampung apa atau kampung apa," kata Nana, (23/6/24) menukil Kompas.com.

Kompas.com/Muchamad Dafi Yusuf
Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (Purn) Nana Sudjana

"Itu hanyalah beberapa orang oknum yang melakukan tindak pidana. Jadi tidak tepat kalau kemudian mengecap bahwa kampung itu adalah kampung tertentu," sambungnya.

Meski begitu, Pemprov Jateng juga akan terus membina warga setempat agar stigma buruk itu pun hilang.

"(Pembinaan) tidak hanya di Sukolilo tetapi juga seluruh masyarakat Jateng," ujar Nana.

Sementara Kriminolog Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Budi Wicaksono mengaku khawatir dengan penyebutan 'kampung bandit' kepada Kecamatan Sukolilo.

"Ini kalau sampai daerah dikatakan bandit, saya khawatir orang-orang (daerah itu) malah memenuhi sebutan itu," ucap Budi, (22/6/24).

Menurutnya, julukan negatif tersebut dikhawatirkan justru memotivasi warga setempat untuk melanggengkan kebiasaan buruk dan mewajarkan tindak pidana pencurian.

"Jeleknya, sebutan malah justru mendidik orang-orang di situ. Anak-anak muda yang tadinya tidak bandit bisa mewujudkan sebutan itu," ungkapnya.

Selain itu, dia menilai, julukan-julukan yang disematkan masyarakat kepada Kecamatan Sukolilo juga dapat menumbuhkan kebanggaan bagi warga setempat.

"Dengan adanya julukan kampung bandit malah membuat heroisme (secara tidak langsung melanggengkan stigma)," papar Budi.

Menurut Budi, akar dari permasalahan terkait 'Tragedi Sumbersoko' adalah rendahnya kesadaran hukum pada masyarakat setempat.

Karena itu, untuk mengatasi persoalan tersebut sekaligus menghilangkan stigma buruk di tengah warga Sukolilo, semua pihak perlu mengedukasi warga tentang pentingnya menaati hukum.

"Penyuluhan juga penting karena mereka itu kadang-kadang berpikir bahwa pencuri dan pemerkosa dibunuh saja, padahal sudah ada aturan hukum," terang Budi.

"Kita itu tidak boleh main hakim sendiri, yang menangani yang mewakili rakyat, jika ada hal yang kotor itu ya urusan polisi. Soal polisi bisa disuap atau tidak, bisa menegakkan (hukum) atau tidak, itu hal lain," tegasnya.

Di sisi lain, dia pun menyebut tingginya kriminalitas di Sukolilo juga tidak bisa dilepaskan dari upaya penegakan hukum pihak kepolisian.

"Polisi itu kan ada Bhabinkamtibmas, tiap kecamatan ada, keliling ke desa-desa. Dia inilah yang selalu harus menasihati masyarakat, memberi penyuluhan juga," urai Budi.

"Binmasnya juga lemah. Dia harusnya memberi penyuluhan kalau gitu (perbuatan kriminal) tuh tidak boleh. Masak rakyat kok tidak tahu," tandasnya.

Baca Juga: Asal Mula Julukan Kampung Bandit di Sukolilo Pati, Kriminolog Ngomong Begini