Tanpa menduakan Aditya Pangestu yang juga masih berlabel pembalap pemula di tim milik Pepen itu, Setep mencocokkan karakter mesin dengan gaya balap Andi. “Untuk yang HRC4 atau kelas bebek Honda 110 cc, dengan gaya balap seperti itu maka power tertingginya dibuat di rpm atas,” papar pria asal Kediri, Jatim.
Dengan rancangan seperti itu, maka durasi noken as Honda Blade tunggangan Andi dibuat gendut. Namun dengan angka yang sama antara dudasi noken as in dan ex, yakni 278°.
“Misalnya kalau pas ketemu trek dadakan yang banyak stop and go, maka durasinya diubah. Pokoknya dicari bagaimana mesin supaya putaran bawahnya lebih cepat, sehingga bisa lebih cepat ketemu peak power di rpm atas,” kata Setep.
Saluran masuknya uap bahan bakar juga dibuat bisa mendukung apa yang ingin dicapai mekanik. Enggak pakai resep leluhur cukup setelah di-porting, permukaan lubang in dibuat seperti kulit jeruk.
Teorinya dengan permukaan lubang in yang kasar seperti kulit jeruk, maka bisa memicu sempurnanya proses pembakaran. Namun dengan modal pengalaman sebagai mekanik, permukaan saluran in dibuat seperti kulit jeruk membuat aliran uap bahan bakar lebih cepat.
Durasi noken as yang besar, dikombinasikan dengan squis silinder head yang besar pula. Tapi Setep memastikan, bagian tersebut sudah berubah dari bawaan pabrik. Bahkan menurutnya, kalau dibuat lebih sempit, enggak cocok dengan setingan kompresi yang sudah dipatok di angka perbandingan 12,2:1. (motor.otomotifnet.com)
Data modifikasi:
Pelek: Excel Takasago
Knalpot: SND
Sok: Showa
Ban: FDR
Karburator: Mikuni Sudco
CDI: BRT
Editor | : | billy |
KOMENTAR