Hasilnya, turun di kelas HRC 4 seri ketiga di sirkuit Kajuruhan, Kajen, Malang, (9/6), pacuan Andi Gilang melesat tanpa tanding di race 1 dan 2 bahkan posisinya cukup jauh meninggalkan para rivalnya.
“Karena pakai Pertamax, makanya kompresi patok di angka 12:1. Buat motor balap, rasio kompresi masih terbilang rendah. Tapi semua demi durability agar mesin tahan hingga finish,” ujar Shetep mekanik tim Honda Daya KYT Federal Oil Walini Showa FIM Golden Bandung.
Untuk rasio girboks, Shetep mengaku pakai setingan rasio baru yang komposisinya cukup rapat sejak masuk gigi 1 sampai 4. Apalagi dengan adanya ubahan pada pengunaan bahan bakar, kompresi, durasi. Cuma yang pasti nggak terlalu berat dan buat sirkuit Kajuruhan, Shetep menerapkan gir reduksi 13/38. Pantes nggak ngedrop di tikungan parabolik.
“Setingannya, mulai rpm 3.000/30 derajat, 4.000/35, 5.000/40, 9.000/40, lalu turun di rpm 10.000/38, 11.000/36, 12.000/34, 12.500/32, 13.000/31, 13.500/30, limiter 14.100,” jelas Shetep yang pilih pakai pengapian BRT.
Sepertinya bukan cuma performa mesin yang bagus tapi Andi juga sudah hafal betul dengan racing line. Nggak ada kendala di trek lurus maupun tikungan balik. (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR