Modifikasi modern mengarah ke aliran zaman sekarang boleh menang. Tapi, bagi sebagian bikers, gaya vintage alias jadul tetap jadi favorit. Ini yang dilakukan oleh Fahmi Nurdiansyah, Candra Pasha Wijaya dan Trisnandar. Oleh mereka, motor sport beda tahun diubah penampilannya mengacu pada Honda vintage.
Tiga motor ini beda pemilik. Tapi, inspirasi modifikasi benar-benar kompak. Sengaja janjian? Tentu tidak bro. Tiga pria dengan selera sama-sama menggilai motor gaya jadul ini lebih pede memilih aliran ini. Makanya, kompak!
Dengan modal Honda GL-125 1982, Fahmi yang sering dipanggil Chimoet ini lebih pede aplikasi tangki Honda Dream daripada bodi Honda CB. “Pakai tangki dan bodi Honda Dream ini, tak banyak penyesuaian yang harus dilakukan,” ujar Chimoet yang berdomisili di Jl. Cibodas 5 No.16, Perumnas 1, Tangerang.
Bukan sekadar ganti bodi saja. Ubahan mesin juga dilakukan. “Generasi motor sport Honda mulai CB, GL sampai Tiger kan hampir sama. Jadi, enggak susah buat substitusi barang-barangnya,” kilah Chimoet yang gabung di komunitas Tangerang Honda Classic.
Agar berimbang, kaki-kaki juga dibenahi. Chimoet memilih swing arm Honda Tiger biar lebih kokoh. “Peleknya juga pakai ori punya Honda New Megapro,” tambahnya.
Sama halnya dengan Candra Pasha Wijaya. Pemuda yang akrab dipanggil Kipli ini, mengubah varian Honda GL-100 1982 dengan mengarah pada gaya Honda CB. “Justru biar makin lebih kelihatan klasik,” celoteh Kipli.
Pasang tangki CB di Honda GL nggak masalah. Tapi, pada bagian lain, Kipli lakukan penyesuaian. “Pasang sepatbor depan dan belakang harus lebih hati-hati. Karena, ban pakai ukuran lebih besar dibanding standarnya,” kata Kipli yang punya workshop bernama Classic Point.
Selain itu, swing arm New Megapro juga perlu dipotong sekitar 3 cm. “Ini untuk mengakali agar ban enggak mentok sepatbor belakang. Soalnya, lengan ayun punya New Megapro lebih panjang dari arm GL- 100,”kilahnya.
Tak tanggung-tanggung, Kipli memasangkan tangki Honda Dream berikut bodinya. “Sempat jadi bahan ejekan teman-teman juga awalnya. Tetapi, setelah prosesnya selesai, baru mereka juga melihatnya dengan antusias,”pede Kipli yang mangkal di Jl. WR. Supratman No.27, Rengas, Pondok Ranji, Ciputat, Tangerang Selatan.
Ubahan ini, bikin Trisnandar jadi pusat perhatian kala berkendara di jalan raya. Betapa tidak, mulai dari penampilan depan-belakang, samping kiri-kanan, sepintas Honda jadul tulen.
Bukan hanya itu, perlengkapan dan aksesoris mulai jok, lampu sampai emblem CB200 pun nemplok di motor sport Yamaha ini. Padahal emblemnya punya Honda tuh. Hi,hi,hi.
Ubahannya, dijamin bikin orang pangling lihat motor ini. Setelah lihat bentuk mesin, baru deh ketahuan ternyata Yamaha Scorpio sedang nyamar. He..he..he..
Dengan begitu, hobi ketiga bikers ini memang tampak lebih cenderung untuk memantapkan kelestarian gaya vintage. Selain mereka memang aktif di klub motor masing-masing.
TAK PERLU PART BRANDED
Tak hanya itu, swing arm juga pakai punya Honda Tiger. “Pakai lengan ayun Tiger ini sedikit ubahan, paling hanya bagian bushingnya saja,” jelas Chimoet. Agar lebih praktis, GL-125 ini dijejali starter Honda Tiger. Praktis kan!
Begitupun dengan Honda GL-100 milik Kipli. Sok depan-belakang ganti pakai punya Honda GL-Pro. “Nggak perlu pakai barang-barang mahal. Yang penting parts yang dipakai praktis dipasang dan enggak keluar konsep,” tutur Kipli.
Kipli juga meng-upgrade performa mesin. GL-100 yang mesinnya sudah uzur sebagian partsnya diganti punya GL-Pro series.
Editor | : | billy |
KOMENTAR