Enggak perlu gantung kopling, tutup gas dan gas dibuka halus, New Blade langsung keluar dari tikungan dengan stabil di trek alun-alun Stabat, Kab. Langkat, Sumatera Utara.
“Bermain kompresi aja kuncinya. Harus berani tinggi supaya tenaganya bisa kejam di putaran bawah. Keluar kelokan bisa lebih cepat,” ujar Bambang Wahyudi yang jadi tunner andalan tim HIEKM, Medan itu.
Juruk korek yang asli Medan itu memang sudah dua tahun menangani Blade. Tunner yang bermarkas di Kita-Kita Racing (KKR), Jl. Setiabudi (ring road), Medan, ini sudah mulai paham bagaimana mengatur kompresi New Blade untuk menaklukan trek patah-patah.
Tapi, Benk Benk enggak mau beresiko. Dia sempat bilang kalau kompresinya sering menggunakan 13 : 1 untuk sirkuit seperti di Alun-alun Stabat. Tapi, kali itu dia hanya mematok kompresi di angka 12,7 : 1.
“Soalnya ketahuan bensol yang kita dapat bercampur sedikit air. Kalau dibikin 13 : 1, mesin cepat panas. Lama-lama mesin bisa ngejem (macet, red),” tutup Benk Benk. Bensol palsu tuh!
SUDUT SOK DIMAJUKAN
Bukan cuma kompresi yang diatur ulang. Tapi, ada bagian lain yang jadi rumus jitu untuk menaklukan trek patah-patah. Tahu kalau akan berhadapan dengan sirkuit yang semua tikungannya putar balik, Bambang Wahyudi, mengubah sudut rake sokbreker belakang.
“Saya majukan 15 derajat pegangan atas sok belakang dari standarnya. Ini pun mengikuti penggantian swing arm,” ulas Benk-Benk yang juga jadi pembina mekanik balap Honda untuk jaringan Honda di Sumatera Utara.
Memang, lengan ayun yang diambil dari motor lain membantu New Blade tunggangan Yogi Hermana lincah menyikat semua u turn alias belokan putar balik. “Seandainya sirkuitnya panjang dan tikungannya pun panjang saya cukup pakai standar,” urai Benk-Benk. (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR