Sebelum coba jalan, mengenali hal detail jadi menu utama. Seperti tuas cuk yang ada di setang kiri, maklum masih karburator. Lalu ada tuas kecil pemindah gardan untuk mundur, posisinya ada di atas tuas persneling. Saat diinjak ke belakang, otomatis motor mundur dan diiringi suara nit-nit-nit kayak truk lagi atret.
Lanjut tengok ke kiri belakang bawah, ada tuas yang nempel di bak, ternyata rem tangan. Sedang kalau mengamati panel spidometer, ada indikator tambahan yang jarang ada di motor, yaitu suhu mesin dan rem tangan tentunya.
Posisi duduk cukup santai, karena bisa menyandar ke bak yang dikasih bantal empuk, joknya pun empuk banget. Setangnya tinggi dan menekuk, sayang bahan terlalu tipis, digoyang-goyang lentur banget. Tuas rem belakang posisi di atas footstep, jadi mengoperasikannya bukan ditekan ujung kaki, tapi memang harus diinjak.
Putar kontak, aktifkan cuk, tarik kopling lalu pencet tombol starter, butuh 2-3 kali mesin baru mau menyala. Suara cukup halus, cuma getaran sedikit terasa di kaki dan setang. Kopling ringan dan tuas persneling empuk, enggak ada kendala pindah gigi. Lepas rem tangan yang hanya cukup 2 klik, lanjut jalan.
Saat enggak membawa beban guncangan terasa banget, mengingat belakang pakai per daun, sedang depan teleskopis dengan per di luar. Dan yang beda dengan motor biasa soal handling, ketika belok tangan mesti melakukan usaha lebih, karena understeer, laju maunya lurus. Dan saat belok rasanya mau roboh ke samping, tapi ternyata kalau sudah biasa aman-aman saja.
Ancang-ancang membelok pun mesti agak jauh agar bak enggak nyangkut di tikungan, maklum bak lebar dan wheelbase mencapai 2.400 mm! Biar bisa merasakan jadi pengusaha sungguhan, sengaja dites membawa beban. Dipilih mengangkut botol air minum kemasan (galon).
Ternyata bak berukuran 2.000 x 1.330 x 860 mm (PxLxT) mampu memuat 28 buah botol. Dan dengan rata-rata tiap galon berbobot 19,7 kg, maka total yang diangkut 551,6 kg. Masih di bawah daya angkut maksimum 750 kg.
Editor | : | Otomotifnet |
KOMENTAR