“Prinsipnya pengisian harus seimbang dengan pengeluaran,” buka Sriyono, instruktur di Astra Honda Training Center (AHTC). Dianalogikan seperti sebuah bak air, air yang mengucur dari kran harus seimbang dengan yang dipakai. “Kalau lebih besar yang dari kran akan over charge, sebaliknya kalau lebih kecil ya low charge atau drop,” lanjut pria yang akrab disapa Sri ini.
Nah mengapa bisa drop? Jika enggak ada tambahan aksesori kelistrikan seperti klakson atau lampu, bisa dipastikan sistem kelistrikan yang bermasalah. “Karena pabrikan sudah mendesain pengisian sesuai kebutuhan, kalau enggak ada masalah tentu enggak drop,” lanjutnya.
Pengecekan diawali dari voltase baterai (VB). “Yang normal tegangan minimal 12,4 Volt (gbr.1), kalau di bawah itu wajib dicas,” jelasnya. Sri melanjutkan, saat beli aki tegangan wajib dicek karena jika dibiarkan di dalam kemasan, setiap hari aki kehilangan tegangan 0,01 Volt. Makanya kalau terjualnya lama pasti sudah drop tuh.
Kebocoran terjadi jika ada korslet, sehingga arus terbuang dengan sendirinya secara cepat. Mesti cari satu per satu kabel yang korslet. Kalau kebocoran di bawah 0,5 mA, periksa tahanan sepul. Normalnya kisaran 0,2-1 Ohm.
Dalam sistem pengisian regulator/rectifier atau yang biasa disebut kiprok punya peran sangat sentral. Fungsinya sebagai regulator sekaligus penyearah. Pertama penyearah tegangan dari AC jadi DC, lalu mengatur agar pengisian tak berlebihan. Kalau berlebih dibuang ke massa.
Sistem dalam pengisian ada 2, yaitu 1 phase dan 3 phase. 1 phase terdiri lagi jadi gelombang setengah dan penuh. Ciri setengah pakai 1 dioda, sementara yang penuh pakai 4 dioda. Nah yang 3 phase cirinya dari sepul keluar 3 kabel, makanya dalam 1 kali putaran tiap 120 derajat keluar satu kali pengisian. “Dipakai seperti di Vario 125 dan PCX, makanya kendati pakai idle stop aki enggak drop,” terang pria berkulit sawo matang ini. (motor.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR