Banyak yang bilang kehadiran Suzuki Lets sudah telat. Kalau yang lain mungkin bilang telat karena paling bontot setelah Scoopy dan Fino yang punya nafas serupa. Tapi kami merasa telat bukan karena siapa yang duluan mengaspal, tapi karena data penjualan menunjukan pasar di segmen ini tidak lagi seindah dulu.
Mari dibuka data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Penjualan Honda Scoopy sejak pertama diluncurkan pada tahun 2010 silam bisa mencapai 20.000 unit lebih tiap bulannya. Sepanjang 2011 pun tercatat dalam 6 bulan didistribusikan lebih dari 20.000 unit. 6 bulan sisanya masih belasan ribu.
Tapi di 2012, angkanya kian turun, paling tinggi hanya 19.000 unit di bulan Februari 2012. Nasib Yamaha Fino juga tidak jauh berbeda, penjualannya hanya tinggi diawal peluncurannya, mendekati bulan Juni hingga Agustus, distribusinya kurang dari 2.000 unit tiap bulannya.
Dari sini bisa dilihat bahwa permintaan pasar tidak lagi setinggi satu-dua tahun lalu. Mungkin tren matik retro memang sudah mulai turun. Popularitasnya tidak setinggi matik dengan desain yang lurus-lurus aja, seperti Honda BeAT atau Yamaha Mio J.
Lampu depan-belakang misalnya, tidak mentah-mentah mengadopsi desain bulat. Masih sporty dengan lekukan dinamisnya, malahan di belakang mirip dengan Suzuki Hayabusa yang notabene moge tercepat Suzuki.
Suzuki juga membagi penampilannya dalam dua varian. Ada yang murni 'classic' dengan warna kalem dan striping minimalis, juga pelek dan pernik bernuansa kroom-silver. Serta satu model lagi yang disebut 'sporty', warna lebih berani dan dominan hitam di beberapa bagian seperti pelek.
Selain itu, Suzuki Lets juga hadir dengan keunggulan sudah mengadopsi injeksi bahan bakar. Ingat, Suzuki Lets adalah yang pertama berinjeksi dibanding kompetitornya, Scoopy dan Fino. Tapi pertanyaanya lagi, apakah keunggulan fitur ini bisa mendongkrak penjualan Suzuki Lets?
Kita tunggu saja kiprahnya! (motorplus-online.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR