Jakarta - Nah, salah satu yang jadi andalan adalah mesin dengan teknologi dual VVT-i. Memang apa untungnya toh pakai mesin itu? Biar lebih tuntas, PT Toyota Astra Motor (TAM) sengaja mengundang jurnalis untuk menjelaskan lebih detail, soal teknologi yang selama ini sudah terpasang di Camry dan Corolla Altis.
Mesin Long Stroke
Oh iya, sumber tenaga baru MPV andalan Toyota ini kabarnya menggunakan tipe 1NR-VE. Spesifikasi teknisnya, mesin ini berkapasitas 1.329 cc, dengan diameter dan langkah sebesar 72,5 x 80,5 mm. Beda dengan generasi pendahulunya yang pakai K3-VE berkapasitas 1.297 cc.
Berkat mesin lebih besar, otomatis tenaga meningkat dong? Jelas iya. Kalau K3-VE punya output maksimal 91 dk, kini mesin 1NR-VE punya keluaran tenaga hingga 99 dk. Belum lagi soal torsi, dari sebelumnya hanya 116 Nm kini jadi 132 Nm. Sesuai karakter mesin long stroke yang punya torsi lebih besar di putaran bawah. Sedap nih buat stop and go…
Back to dual VVT-i, Toyota tak hanya ingin memberikan tenaga lebih besar. Tentu efisiensi maksimal tetap jadi pertimbangan, apalagi pemilik low MPV ini pasti sangat concern dengan konsumsi bensin. “Basically pada mesin VVT-i, hanya timing katup masuk yang diatur, sementara katub buang tetap.
Nah pada dual VVT-i, timing katup buang pun bisa diatur,” (gbr.1) jelas Dadi Hendriadi, GM Technical Service Division Head TAM.
Bisa Geser Timing
Memang tujuannya apa? Contohnya begini, pada mesin konvensional dimana katup buang menutup sesaat setelah TMA (Titik Mati Atas), sebelum langkah isap (gbr.2). Mungkin setelan ini bagus untuk mesin yang lebih sering bekerja ringan.
“Namun saat mesin bekerja lebih berat, berkat dual VVT-i, maka katup buang bisa menutup lebih lambat setelah TMA dengan menggeser timing,” ujar warga Bogor, Jabar ini. Tujuannya agar gas buang hasil pembakaran bisa terbuang habis.
Kalau tidak, jangan sampai masih ada sisa campuran bensin dan udara di ruang bakar yang berpotensi terbakar kembali, yang akhirnya malah berpotensi terjadi knocking alias ngelitik.
Powerband Lebih Rata
Demi maksimalnya kinerja mesin ini, maka pada camshaft exhaust butuh VVT-i controller (gbr.3), untuk mengatur bukaan katup tersebut. Makanya menurut gosip paling hangat, mesin harus berubah total, bukan lagi pakai K3-VE seperti sebelumnya. Perangkat yang terlibat jadi lebih banyak.
“Controller ini bekerja berdasarkan tekanan oli, sesuai putaran dan beban mesin, namun perintahnya tetap dari ECU,” urai pengguna Toyota 86 ini. Maka dari itu, butuh oli dengan spesifikasi tertentu. Enggak bisa lagi tuh gonta-ganti oli, mau diencerkan apalagi dikentalkan.
Pun begitu dengan bahan bakarnya, akan lebih maksimal lagi kalau pakai minimal Pertalite atau Pertamax dan sekelasnya. “Soalnya, desain piston pun berubah untuk mengakomodir bukaan klep yang berubah tersebut. Jadi ukurannya benar-benar presisi dan mepet,” wanti ayah 4 anak ini.
Hasilnya, powerband atau tenaga maksimal mesin bisa terasa lebih luas dari putaran bawah. Sudah terbantu mesin long stroke dengan torsi besar, ditambah dual VVT-i. Makin enggak sabar nih nunggu sesi test drive-nya… • (otomotifnet.com)
Editor | : | Otomotifnet |
KOMENTAR