|
OTOMOTIFNET - Upgrade kualitas sound system kabin, tidak melulu harus mengganti speaker standar dengan versi aftermarket, yang punya spesifikasi lebih tinggi beberapa level.
Kali ini OTOMOTIF membuktikannya secara langsung, hanya dengan mengganti head unit (HU) bawaan mobil, pakai dua produk dengan grade setara. Yaitu Pioneer DEH-P80RS seharga Rp 4,2 juta dan Alpine CDA-9887 yang dibanderol Rp 3,25 juta.
Komparasi kedua produk yang namanya sudah sangat familiar di kalangan awam ini, sebagai salah satu solusi bagi mereka yang ingin terhibur dengan sound berkualias, namun kondisi kabin tetap standar.
Dimulai dari karakter suara yang mampu dihasilkan keduanya. Menurut Andreas Tjahjadi, technical director PT Audio Plus di Greenville, Jakbar, reproduksi sound dari P80RS punya keistimewaan di unsur mid dan cenderung lembut. Di sisi lain, kualitas nada bass kurang ketat, terkesan tidak powerful buat memainkan irama lagu yang lebih mengentak.
Beralih ke Alpine CDA-9887. Ketika memainkan lagu berirama slow hingga yang sedikit mengentak, terdengar seolah ringan di kuping. kok bisa? "Itu lantaran porsi antara frekuensi low-mid-high lebih balance, sehingga kedengaran lebih jelas dan cenderung bright," tambah instalatur profesional ini.
Keunggulan dari sisi teknis, CDA-9887 bisa diandalkan buat instalasi sistem 3-way, dengan setelan crossover point rendah sekitar 250-500Hz. Sementara P80RS, setting yang dapat dilakukan untuk fitur standar pada kedua produk ini, paling rendah 1kHz.
Alpine CDA-9887 dibekali fitur Imprint berupa automatic acoustic correction, tapi dianggap kurang memuaskan bagi sebagian besar instalatur car audio |
Karakter suara dari Pioneer DEH-P80RS cenderung mellow, jadi cocok sekali buat memainkan jenis lagu macam ini |
Jarak speaker depan menjadi acuan utama dalam settingan final |
Fitur standar lainnya yang dimiliki CDA-9887 dan P80RS seperti EQ (equalizer). Kenyataan yang didapat, versi Pioneer tidak bisa digunakan untuk mengontrol speaker depan sistem 3-way. Lantaran crossover frekuensi antara mid dan high minimum 1kHz. Padahal untuk speaker depan sistem 3-way, idealnya bisa diposisikan sekitar 200-500Hz
Pada fitur yang sama versi CDA-9887, parametric EQ antara band 1 dengan lainnya, kanalnya tidak bisa dipisah kanan atau kiri. Misal butuh frekuensi di 50Hz dan 80Hz. Kita tidak bisa pakai keduanya, dan harus memilih salah satu.
Sementara P80RS, memiliki EQ independen yang sanggup mengendalikan kanal kiri-kanan sekaligus dengan settingan berbeda, sehingga lebih mudah menciptakan efek powerful.
Pembeda paling utama antara CDA-9887 dan P80RS, terletak pada fitur time alignment. Padahal kedua HU ini sama-sama dibekali opsi time alignment (TA), crossover maupun EQ.
Fitur yang boleh dikatakan serupa ini, ternyata memiliki konsep sangat berbeda dalam penerapan TA. Secara detail, untuk penggunaan TA pada Alpine CDA-9887 tergolong lebih praktis. Praktiknya, pengukuran dilakukan dengan mengacu dari speaker terjauh, kemudian diisi dengan nilai nol (0) pada memori TA.
Sementara untuk setting TA pada Pioneer P80RS, semua speaker mesti diukur terlebih dulu jaraknya, baru selanjutnya data dimasukkan ke memori TA di HU. Memang lebih repot.
Terakhir menyangkut teknologi untuk mengoreksi suara. Fitur ini hanya terdapat pada varian Alpine CDA-9887, dengan label Imprint. Konten yang terdapat dalam opsi ini seperti automatic acoustic correction. Fungsinya tak lain buat memperbaiki kesalahan dari segi akustik.
Akustik butuh kondisi sekitar yang cukup hening. Jadi sangat menyulitkan ketika harus melakukan setting dengan fitur ini dalam kondisi sekeliling berisik.
Tak heran kalau kebanyakan instalatur car audio, enggan memakai fitur canggih itu. Mungkin pertimbangan mereka, jika pakai mode otomatis untuk memperbaiki unsur akustik suara ini, kemungkinan si pemakai melakukan settingan bisa langsung pas. Para instalatur pasti merasa khawatir enggak dibutuhkan lagi buat melakukan final tuning.
Makanya sampai sekarang fitur ini jarang sekali diandalkan buat melakukan settingan final.
Penulis/Foto: Anton / Dolok
Editor | : | Editor |
KOMENTAR