Tuas transmisinya khas, tak ada P, kalau berhenti wajib di N
Jakarta - Saat media test drive Fiat 500 beberapa saat lalu, hal pertama yang paling berkesan bukan soal fitur, handling atau performa mesin, tapi transmisi yang dipakai, yaitu Dualogic. Pantas jika Dhani M. Yahya, Managing Diretor brand Fiat & Alfa Romeo PT Garansindo Inter Global saat briefing menekankan mesti merasakan sensasinya transmisi ini, baik saat diset matik maupun manual. “Pada posisi manual, rasakan sensasi berkendara yang sporti,” ujarnya.
Beda Karakter
Transmisi Dualogic ini karakternya beda dengan transmisi manual atau matik biasa, karena merupakan transmisi manual tapi dijadikan matik, persis milik Proton Savvy yang dikasih nama Automatic Manual Transmission (AMT) dan Smart Fortwo generasi awal. Salah satu cirinya pada tuas hanya tersaji A/M, -, +, N dan R.
Karakter paling kentara setelah masuk gigi. Jika rem dilepas, mobil tetap diam, mesti injak gas baru bergerak. Beda dengan matik biasa, ketika lepas rem pasti langsung bergerak pelan. Maka dari itu, ketika merayap di tanjakan jangan sekali-kali lepas rem, karena ketika gas dilepas maka mobil akan meluncur mundur. Kalau matik biasa kan akan tertahan.
Karakter kedua yang bikin beda adalah proses perpindahan gigi, yang tak sehalus matik biasa. Terasa ada ayunan dan sedikit lebih lambat. Begitu juga saat diset manual. Biar nyaman saat akan menaikkan gigi, gas mesti dikurangi biar enggak menyentak, persis di girbok manual.
Kelebihannya sensasi menyetir manualnya memang lebih terasa, apalagi Fiat 500 dibekali paddle shift, tinggal colek maka gigi akan berpindah. “Jika diset manual, sampai kena limiter pun transmisi tak akan berpindah, sensasi sportinya dapat banget,” imbuh Dhani. Tapi kalau kecepatan turun, posisi gigi masih mau turun sendiri.
Butuh oli ATF pada aktuatornya, sedikit sih hanya sekitar 1 liter
Pakai Robotik
Seperti apa sih konstruksi Dualogic atau AMT ini? “Transmisi manualnya tetap ada lengkap dengan kopling kering, namun dibantu robotik untuk menggerakkan kopling dan tuas gigi. Nah robotik ini dikontrol oleh sistem elektronik dari ECU dan sistem hidrolis sebagai aktuator,” terang Ahmad Lugiarto, Technical Trainer PT Proton Edar Indonesia.
Menurut pria yang akrab disapa Lugi ini, ketika dalam posisi matik, maka ECU membaca putaran mesin dan kecepatan lalu akan mematok posisi gigi yang paling pas, dengan menggerakkan sistem robotik tadi.
Lantaran masih menggunakan konstruksi transmisi manual, maka oli yang digunakan pun pakai SAE90. “Tapi pakai ATF juga untuk aktuatornya,” imbuh Lugi yang berkantor di Jl. Arteri Pondok Indah, Jaksel ini. Penggantian oli dilakukan setiap 40.000 km dan dicek setiap kelipatan 20.000 km.
Ini robotik pada Savvy, sebagai penggerak kopling dan pemindah gig. Saat pindah gigi akan muncul suara sedang bekerja
Wajib Jaga Oli
Walaupun memberikan sensasi berkendara manual tapi praktis seperti matik, Dualogic atau AMT ini punya kelemahan lantaran konstruksinya lebih rumit. “Sistem robotiknya rawan terutama motoriknya dan kalau kopling selip, maka langsung error,” terang E. Mochammad Holil dari bengkel Wani Matic.
Cirinya menurut pria yang akrab disapa Holil ini, ketika tuas digeser ke A/M, maka indikator gigi akan berkedip. Ketika itu terjadi, maka wajib segera hubungi bengkel untuk pengecekan. “Selain servis rutin, kuantitas oli wajib dijaga jangan sampai kurang, lalu kalau ada kebocoran harus segera diperbaiki, biar kerusakan enggak semakin parah,” wanti Rinaldi Eka Putra, Service Advisor Proton Pondok Indah.
Sebagai gambaran saja, jika robotiknya Savvy rusak, butuh biaya sekitar Rp 10 juta untuk perbaikan! Rinaldi menambahkan, ketika menggerakkan tuas persneling Savvy mesti lembut, karena konstruksi di dalamnya yang berupa sakelar elektronik gampang rusak jika diperlalukan kasar. Kalau di Fiat 500 relatif lebih aman, karena tuasnya model gate. Hmmm... Lumayan juga ya?
• (otomotifnet.com)
Indikator posisi gigi tertera di panel instrumen
Editor | : | Otomotifnet |
KOMENTAR