Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Kompetisi Drag Race Nasional 2013, Berstatus S.O.S = Save Our Strip!

billy - Sabtu, 23 Februari 2013 | 14:38 WIB
No caption
No credit
No caption

No caption
No credit
No caption

Memasuki bulan ke-2 di tahun ular air, kancah balap khususnya drag race 402 meter di tanah air tampak lengang. Drag race seri pertama Sentul untuk 2013 yang sedianya dikemas 10 Februari kemarin, ternyata urung dihajat.

Lantas banyak menimbulkan pertanyaan seputar event drag race ini. Bahkan beredar isu santer bahwa produsen ban Achilles yang selama ini mensupport gelaran Achilles D2 Drag Race, mundur teratur dari dunia balap.

Saat dikonfirmasi ke beberapa komunitas dan bengkel modifikasi yang rajin ikut drag race, kemungkinan sangat besar pabrikan ban ini hengkang. “Saya dengar Achilles berhenti mendanai drag race Sentul dan ini bisa jadi momok,” papar Teddy dari Rev Engineering di bilangan Kedoya, Jaksel.

INVESTASI BESAR
Bukan tanpa alasan bila Teddy mengkhawatirkan hal ini, sebab selama beberapa tahun terakhir, kancah kebut lurus ini bisa survive setelah lama mati suri. Pertanyaan besar selanjutnya yang sekaligus menjadi momok bagi sebagian besar pecinta kebut lurus 402 meter adalah, apakah balap drag race juga harus hengkang dari percaturan balap di tanah air? Sulit dijawab bila secara logika dibutuhkan campur tangan sponsor atau pembiayaan cukup besar untuk sebuah event.

No caption
No credit
No caption

Sementara jadwal drag race 2013 sudah sempat keluar di agenda event IMI (Ikatan Motor Indonesia). Artinya, sudah banyak pemilik mobil mulai dari kelas 18 hingga Free For All menyisihkan dana cukup besar untuk berbenah mobil. Bahkan untuk beberapa tim kawakan, ada yang sudah membangun besutan anyar demi memecahkan kelas bergengsi di arena drag race 402 meter. “Kalau sampai tak ada event sama sekali, lantas buat apa kita capek-capek bangun mobil sampai ratusan juta hingga miliaran rupiah,” cemas Teddy yang terus menggarap Toyota Hi-Lux turbodiesel andalannya.

Ujung-ujungnya, gelaran drag race daerah yang hanya bisa sebatas 201 meter pun diburu demi melampiaskan hasrat 'gaspol'. Meski kurang ideal bila melihat spesifikasi mesin yang super ekstrem alias 500 dk ke atas, mau enggak mau deh terpaksa dijabanin.

Kekhawatiran ini sebenarnya juga membuat pusing banyak pihak termasuk punggawa Sirkuit Sentul selaku penyedia drag strip (lintasan drag race) untuk dragster bertenaga monster. Bisa jadi, akan menjadi pekerjaan tambahan bagi petinggi sirkuit Sentul untuk mencari sponsor pengganti. Sayangnya, sampai berita ini diturunkan, belum ada kabar official untuk mengantisipasi hal ini.

Meski begitu, beberapa orang yang sudah kadung cinta mati dengan balap drag race dan fanatik dengan mobil kencang tak mau tinggal diam begitu saja. Disinyalir, meski Achilles hengkang dari penyelenggaraan drag race di Sirkuit Sentul, akan tetap mengupayakan agar drag race terus berjalan. Usaha gigih dan pantang mundur ini bisa dipantau dari usaha IDRA (Indonesia Drag Race Association), klub mobil hingga komunitas dan bengkel tuner yang terus bergejolak.

Salah satunya adalah Verly dari Veory Power di kawasan Bandung Timur yang selama ini meracik mobil drag race milik Haji Dadang Hermawan. “Biar bagaimanapun, drag race tak boleh sirna,” antusiasnya saat dijumpai di Pinus Regency, Bandung Timur.


Menurutnya, bila sponsor utama yang selama ini sudah berjasa mengangkat drag race 402 meter dari pertapaan cukup lama dan terpaksa pergi, bukan berarti event atau gelaran ikut mati. Verly bersama beberapa teman sesama tuner dan komunitas berniat menggalang 'aksi' untuk tetap membuat hidup drag race yang mulai  marak. Tentunya kita masih ingat dengan event seperti Lucky Strike Drag Race atau ONR (Otomotif Night Race) di awal 2000-an yang begitu 'cetar membahana'.

Tak hanya Verly, semua insan pecinta mobil kencang diharapkan bisa urun rembuk. “Bila perlu kita patungan atau saweran dari kita untuk kita agar event bisa terus berjalan,” ungkap Haji Dadang Hermawan yang telanjur berinvestasi dengan Nissan GTR R35 'The Tiger'.

Mulai dari pelaksanaan drag race yang lebih profesional, drag strip (lintasan) yang memadai hingga peralatan standar NHRA (National Hot Rod Association) ala Amerika. Bila perlu, iming-iming hadiah besar untuk setiap juara kelas-kelas tertentu.

Bila perlu sponsor individu bakal digalang untuk membuat event yang bisa menghimpun 500-an peserta ini. Sudah saatnya berstrategi dengan networking di dunia balap yang sangat tidak terbatas. Sungguh sayang bila dengan minggatnya Achilles, pun berarti punahnya drag race seperti beberapa waktu silam.

Sudah sepantasnya semua pihak berkolaborasi mulai dari pemilik sirkuit, event organizer (EO), pemilik modal alias sponsor hingga insan otomotif dan klub serta tuner bengkel bersatu padu demi mengembalikan masa kejayaan drag race. “Saya tidak pernah lupa dengan drag race malam di awal 2000-an yang penuh dengan sajian entertainment ketimbang sebuah balap biasa,” kenang Verly.

Bila balap turing, reli, slalom tes hingga drifting terbilang sudah mapan dan terus bergulir di tanah air, sudah saatnya drag race mendapatkan porsi yang sama.

No drag race, no glory! (otosport.co.id) 


Editor : billy

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa