Lantas banyak menimbulkan pertanyaan seputar event drag race ini. Bahkan beredar isu santer bahwa produsen ban Achilles yang selama ini mensupport gelaran Achilles D2 Drag Race, mundur teratur dari dunia balap.
Saat dikonfirmasi ke beberapa komunitas dan bengkel modifikasi yang rajin ikut drag race, kemungkinan sangat besar pabrikan ban ini hengkang. “Saya dengar Achilles berhenti mendanai drag race Sentul dan ini bisa jadi momok,” papar Teddy dari Rev Engineering di bilangan Kedoya, Jaksel.
INVESTASI BESAR
Bukan tanpa alasan bila Teddy mengkhawatirkan hal ini, sebab selama beberapa tahun terakhir, kancah kebut lurus ini bisa survive setelah lama mati suri. Pertanyaan besar selanjutnya yang sekaligus menjadi momok bagi sebagian besar pecinta kebut lurus 402 meter adalah, apakah balap drag race juga harus hengkang dari percaturan balap di tanah air? Sulit dijawab bila secara logika dibutuhkan campur tangan sponsor atau pembiayaan cukup besar untuk sebuah event.
Ujung-ujungnya, gelaran drag race daerah yang hanya bisa sebatas 201 meter pun diburu demi melampiaskan hasrat 'gaspol'. Meski kurang ideal bila melihat spesifikasi mesin yang super ekstrem alias 500 dk ke atas, mau enggak mau deh terpaksa dijabanin.
Kekhawatiran ini sebenarnya juga membuat pusing banyak pihak termasuk punggawa Sirkuit Sentul selaku penyedia drag strip (lintasan drag race) untuk dragster bertenaga monster. Bisa jadi, akan menjadi pekerjaan tambahan bagi petinggi sirkuit Sentul untuk mencari sponsor pengganti. Sayangnya, sampai berita ini diturunkan, belum ada kabar official untuk mengantisipasi hal ini.
Meski begitu, beberapa orang yang sudah kadung cinta mati dengan balap drag race dan fanatik dengan mobil kencang tak mau tinggal diam begitu saja. Disinyalir, meski Achilles hengkang dari penyelenggaraan drag race di Sirkuit Sentul, akan tetap mengupayakan agar drag race terus berjalan. Usaha gigih dan pantang mundur ini bisa dipantau dari usaha IDRA (Indonesia Drag Race Association), klub mobil hingga komunitas dan bengkel tuner yang terus bergejolak.
Salah satunya adalah Verly dari Veory Power di kawasan Bandung Timur yang selama ini meracik mobil drag race milik Haji Dadang Hermawan. “Biar bagaimanapun, drag race tak boleh sirna,” antusiasnya saat dijumpai di Pinus Regency, Bandung Timur.
Tak hanya Verly, semua insan pecinta mobil kencang diharapkan bisa urun rembuk. “Bila perlu kita patungan atau saweran dari kita untuk kita agar event bisa terus berjalan,” ungkap Haji Dadang Hermawan yang telanjur berinvestasi dengan Nissan GTR R35 'The Tiger'.
Mulai dari pelaksanaan drag race yang lebih profesional, drag strip (lintasan) yang memadai hingga peralatan standar NHRA (National Hot Rod Association) ala Amerika. Bila perlu, iming-iming hadiah besar untuk setiap juara kelas-kelas tertentu.
Bila perlu sponsor individu bakal digalang untuk membuat event yang bisa menghimpun 500-an peserta ini. Sudah saatnya berstrategi dengan networking di dunia balap yang sangat tidak terbatas. Sungguh sayang bila dengan minggatnya Achilles, pun berarti punahnya drag race seperti beberapa waktu silam.
Sudah sepantasnya semua pihak berkolaborasi mulai dari pemilik sirkuit, event organizer (EO), pemilik modal alias sponsor hingga insan otomotif dan klub serta tuner bengkel bersatu padu demi mengembalikan masa kejayaan drag race. “Saya tidak pernah lupa dengan drag race malam di awal 2000-an yang penuh dengan sajian entertainment ketimbang sebuah balap biasa,” kenang Verly.
Bila balap turing, reli, slalom tes hingga drifting terbilang sudah mapan dan terus bergulir di tanah air, sudah saatnya drag race mendapatkan porsi yang sama.
No drag race, no glory! (otosport.co.id)
Editor | : | billy |
KOMENTAR