DIBERI PENGUMUMAN
Reli di Sumatra Utara ini, memang memiliki karakter berbeda, selain treknya juga penontonnya. Antusias penonton di perkebunan sawit ini sangat tinggi, sehingga membeludak dan tentunya semakin menyemangati tiap peserta reli.
Namun, ada saja ‘oknum' penonton yang ingin menyaksikan ‘aksi' lebih dari pereli, dengan menyiram lintasan agar lebih licin. "Mobil pun menjadi terperosok," ujar salah satu manajer tim dari ibu kota yang tak ingin namanya disebut.
Jadi, di tengah hari yang terik, tiba-tiba di tikungan jalanan becek dan mobil jadi terperosok, ungkapnya yang memiliki on-board camera soal lintasan yang ‘mendadak basah' tersebut.
Menurutnya, setelah mobil terperosok, ada lagi kejadian yang mengagetkan. Penonton itu beramai-ramai mendatangi mobil, lantas meminta uang kalau mau mobilnya dibantu kembali ke lintasan. "Bukan soal uangnya, tetapi siapa juga yang membawa uang kala reli dengan baju balap?" tanyanya.
Memang kejadian ini tak hanya menimpa satu pereli saja dan ada beberapa lainnya, termasuk Rizal Sungkar sang juara reli tersebut di SS4. "Di Medan atau Sumatra Utara pada umumnya, memang sangat memungkinkan dan biasa terjadi hal seperti ini," ujar Ijeck, selaku penyelenggara dan Ketua Pengprov IMI Sumut.
Bahkan menurutnya, sejak diadakan WRC 1996 dulu pun sudah begitu, ada saja oknum penonton seperti itu. "Namun antisipasinya sudah dilakukan semaksimal mungkin, seperti memberikan selebaran pada kelompok masyarakat di sana, Karang Taruna serta melibatkan warga untuk menjaga lintasan dengan baik," terangnya.
Pasangan Subhan Aksa/Hade Mboi sempat ‘bertemu' dengan tamu tak diundang tersebut. "Di SS (Special Stage) itu sampai dua kali ketemu," sebut Ubang, panggilan Subhan Aksa. Tentu dengan pengendara yang berbeda.
Diceritakan oleh pereli asal Makassar, Sulsel ini dirinya melihat sekeluarga berada di atas motor. Anak paling depan, kemudian sang ayah, anak dan terakhir sang ibu. ‘Pertemuan' tak direncanakan tersebut head to head. Maksudnya, keluarga bermotor tersebut berjalan di dalam trek, posisi pinggir, namun berlawanan arah dengan datangnya mobil peserta.
"Itu pas di tikungan. Untungnya tikungan agak terbuka dan posisi mobil menjauh dari motor. Meski tak terlalu mengganggu tapi tetap saja bahaya," sebut pereli Indonesia yang saat ini berada di urutan 3 klasemen sementara PWRC.
Seharusnya, kejadian ini tak terjadi. Sebab setelah zero car (0) keluar untuk melakukan inspeksi, trek harus dalam keadaan steril. Dipastikan pengendara motor tidak mengetahui kalau jalan yang dilewati sedang ada perlombaan.
Berdasar pantauan OTOMOTIF, di ajang reli Medan memang kerap kali terjadi penonton atau masyarakat sekitar yang tak mengetahui adanya perlombaan. Memang sulit untuk mengawasi setiap meter trek di lokasi terbuka tersebut dengan jarak yang sangat panjang. Antisipasinya, panitia sebaiknya menempatkan penjaga pada lokasi yang juga sepi dari penonton.
Satu hal lagi, selain memberikan pengawasan lebih baik, Ijeck pun akan memberikan pengarahan saat briefing soal karakter penonton di daerahnya. "Agar pereli bisa mengantisipasi kejadian tersebut, nanti di briefing akan dijelaskan terlebih dulu, terutama bagi yang baru reli di sini," lanjutnya menyikapi ajang berikut di Sumut..
Jadi pereli-pereli tersebut harus membawa dompet jika berlaga di Sumatra Utara. (otosport.co.id)
Editor | : | billy |
KOMENTAR