Untuk meredam getaran akibat jalan raya Indonesia yang kurang bersahabat, keduanya kompak aplikasi sok model upside down di haluan depan. Namun untuk pemilihan merek, mereka ogah sama. Scorpio Irfan, mengusung copotan satu atap alias sepabrik, doi pakai sok Yamaha R1. Sedangkan di Mega Pro Fery sedikit selingkuh dengan pabrikan lain, adopsi Suzuki GSX-R 400.
“Pemasangan kedua sok upside down ini, tinggal penyesuaian di bagian as komstir. Seperti di motor Scorpio, as komstir kepunyaan Yamaha R1 harus dikecilkan dulu agar bisa dipasang di lubang komstir Scorpio,” jelas Hanas Choerudin yang biasa dipanggil Udin sang modifikator.
Yang dimaksud full frame custom yaitu semua frame atau sasis motor dibuat ulang. Untuk modifikasi full frame custom dilakukan di Scorpio biru buntung.
Dari 50% frame custom yaitu sasis original yang diambil hanya centerbone saja. Sedangkan backbone dipotong dan digantikan dengan rangka baru yang juga berbahan seamless. “Ukuran diameter pipa seamless yang digunakan antara 1, 1,5 dan ¾ inci.
“Ubahan ini bukan karena beda pendapat. Tapi, karena keadaan rangka Scorpio, ketika mengalami penggantian mono arm, rantai mentok ke sasis dudukan arm. Jalan satu-satunya rangka harus dibuat ulang,” kata Udin.
Sedangkan di Mega Pro masih aman ketika menggunakan arm lebar. Karena tipe sasis yang mono tube. Bayangkan gir depan saja tergeser hingga 6 cm dari standarnya. “Tapi karena inilah full frame custom jadi sebuah virus yang merambah di MF Simpul Jakarta,” seru Udin.
Modifikasi aliran boleh sama, namun selera keduanya jangan sampe disamakan. Nanti malah jadi motor kembaran, kan malah monoton. Buat memperkuat aura street fighter, harus mengalami banyak ubahan. Seperti penggantian swing arm.
Sedangkan Irfan adopsi mono arm kepunyaan motor asal Inggris yang berngaran Triumph Daytona, satu set dengan pelek belakang. Tapi, pelek depan doi malah aplikasi kepunyaan Yamaha R1. “Biar lebih keren dibanding yang lain, dan bikin virus baru di kalangan keluarga Minor Fighter,” seru Irfan yang bukan Irfan Bachdim.
“Penyesuaian sudah pasti dibagian dudukan lengan ayun, semua swing arm disesuaikan ke rangka saja. Karena ukuran swing arm yang lebar otomatis, gir belakang harus ngikutin dan solusinya 6 gir ditumpuk lantas dilas agar garis pertemuan gir depan belakang bisa center,” seru Udin yang bukan Udin Petot. He..he...
Ciri khas dari sononya memang Keluarga Minor Fighter, buntutnya buntung seperti modif di Scorpio biru ini. Tapi, kan yang namanya keluarga bebas saja untuk memilih buntut model buntung atau berekor. “Yang pasti mah single seater deh,” kata Fery yang keluarga Minor Fighter Simpul Jakarta ini.
Pemanjangan buntut alias ekor di Mega Pro ini lewat aplikasi pipa seamless ¾ inci yang dibikin sekitar 50 cm. lanjut dibalut cover berbahan fiber, untuk penutup backbone baru biar lebih tampil ciamik dan rapi yang didesain meruncing kebelakang. Dikombinasi stop lamp LED, biar aman ketika mau berhenti.
Buntut Scorpio dibikin dari pipa besi dengan ukuran sama namun panjangnya hanya dibedakan 20 cm. Sehingga didapat kesan buntung.
Buat mempertegas Keluarga Minor Fighter, Irfan sedikit ngasih tanda di jok yang dibikin buntung dengan patch bertulisan “MINOR FIGHTER-WILD RADICAL RESPECT”. Irfan juga tak lupa untuk memasang stoplamp bernuansa LED. Wih kompak tuh he he.
DATA MODIFIKASI
Honda Mega Pro
Sok belakang: Kawasaki ZX-7R
Knalpot : Custom by Stanlee
Paint work : Danagloss
Pelek : Kawasaki ZX-7R
Yamaha Scorpio Z
Spidometer : Koso RX-1N
Lampu depan : Hella
Sok belakang : Honda CBR 1000R
Knalpot : Custom by IMS Chuenk Footstep : Yamaha R6
Editor | : | billy |
KOMENTAR