Di tekuk untuk ngecek selain melihat keausan
Namun semua kembali ke cara pakai masing-masing pemilik. Jika terlalu kasar, sangat mungkin cepat aus. Sebalik jika dilakukan semestinya, jarak tempuhnya pun bisa lebih.
Memang sih, v-belt jarang sekali putus kecuali kalau terlalu lama atau beli yang palsu. Hanya saja kerusakan atau tinggkat keausan dapat dilihat dari beberapa sisi. “Bisa dengan melihat ciri fisik belt atau dari limit keausan,” jelas Maman Sugiman alias Boim kepala instruktur HMTC Depok.
Contoh v-belt skubek Yamaha atau Honda atau Suzuki. Akan getas jika mulai aus karena dipakai lama. Bisa dilihat dari fisik belt yang mengalami keretakan. Untuk mengeceknya, coba lipat sabuk bagian dalam, akan timbul keretakan. Itu artinya v-belt mesti ganti dengan belt baru.
Dan kondisi itu bisa cepat tercapai jika aliran sirkulasi udara di CVT tersumbat kotoron atau sudah banyak debu bersarang di dalamnya.
Ciri lain juga bisa dilihat dari sisi samping kiri-kanan belt. Karena bagian ini selalu bergesakan, kemungkinan aus bisa langsung dipantau. Terutama munculnya serat berupa benang nilon. Kalau memang sudah ada yang putus, dipastikan belt nggak layak pakai.
Untuk pengecekan melalui limit, butuh alat ukur khusus seperti alat ceker belt atau pakai sigmat. “Misal di Yamaha Mio series. Lebar belt standar Mio 18,2mm. Jika setelah dipakai jadi 17,2mm, artinya sudah batas minimum,” ingat brother dari Jl. Raya Tole Inskandar, No. 9A, Depok.
Jadi, meski belum putus tetap harus dicek kondisinya. (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR