Seperti yang ditunjukkan salah satu tim main dealer TVS dari Banjarmasih, Kalsel (PT Budi Bersaudara Makmur) saat kejurnas MotoPrix region IV Juni silam di sirkuit Balipat Binuang. Neo X3i milik tim TVS BMP yang dijoki bocah 16 tahun, M Ismail tersebut mampu menyabet podium 1 dan 2 di kelas MP 6 dan MP 5.
Itu hanya sebagai gambaran bahwa produk ‘Indiahe’ jangan dipandang remeh. Jadi bagi yang telah menebus motor seharga on the road Rp 11,5 juta untuk Jakarta dan sekitarnya ini, boleh berbangga diri. Karena performa Neo X3i tak kalah dengan produk-produk dari negeri Matahari Terbit.
Memang sih part-part performanya belum begitu banyak. Tapi ada kok beberapa produsen part aftermarket yang sudah menggarap peranti pendongkrak tenaganya. Salah satunya otak pengapian alias CDI. Namun baru ada satu pemain yang sudah bikin CDI racing motor ini, yaitu BRT from Cibinong, Jabar.
“Kami sudah bikin beberapa tipe CDI untuk motor ini. Termasuk tipe programable untuk kepentingan kompetisi,” bilang Heri dari bagian technical service PT Trimentari Niaga, produsen CDI BRT. Tapi bisa juga kok dipakai buat harian. Karena, lanjut Heri, kurva pengapian dasarnya memang disetting untuk mesin standar. Mirip kurva pengapian pada BRT tipe Neo Hyperband single map.
Nah, penasaran kan pengin tau khasiat CDI yang dimaksud Heri? Apakah mampu memperbaiki performa mesin Neo X3i dengan baik atau tidak? Yuk, kita coba buktikan sendiri. CDI BRT yang kami pilih adalah tipe I-Max Remote 16 Step seharga Rp 860 ribu.
Untuk mengukur peningkatan tenaga yang mampu dihasilkan, kami menggunakan mesin dyno test merek Dynojet 250i buatan Amerika. Neo X3i yang dipakai buat objek pengetesan CDI ini jarak tempuhnya masih di bawah 5.000 km dengan bahan bakar Premium. Lalu joki dyno-nya punya berat badan 60 kg (beda bobot joki pasti akan berbeda hasilnya).
Mula-mula kemampuan CDI standar bawaan motor diukur terlebih dulu selama 4 kali run. Hasilnya peak power motor ini terukur sebesar 6,87 dk di putaran 7.300 rpm. Sedang torsi puncaknya mencapai 5,50 lb.ft (7,45 Nm) di putaran yang cukup rendah, yakni di 3.400 rpm. Karakter torsi sperti ini biasa akselerasi di putaran awal akan langsung terasa mengentak.
Lalu CDI diganti pakai BRT I-Max Remote 16 step. Oh iya, jika pakai CDI ini, perlu pakai soket tambahan yang salah satu kabelnya dihubungkan ke jalur listrik (+) di flasher sein yang letaknya di bawah boks bagasi. “Soketnya kami sediakan dalam paket pembelian. Kabel dari soket yang dihubungkan ke kabel setrum di flasher sein warnanya cokelat,” terang Heri.
Hasil pengujian dyno ketika pakai CDI ini, mampu mengerek tenaga maksimum Neo X3i hingga 7,04 dk di putaran 7.700 rpm. Peningkatannya tidak terlalu signifikan memang. Tapi kalau Anda perhatikan grafik dyno-nya, CDI mampu mengoreksi tenaga Neo X3i di 7.300 rpm hingga putaran puncak. Efek yang akan dirasakan, tenaga akan terasa makin ‘ngisi’ di putaran segitu sampai atas.
Sementara torsi maksimumnya di 3.400 rpm agak turun sedikit jadi 5,43 lb.ft (7,36 Nm). Namun di 7.200 rpm, torsinya kembali dikoreksi jadi lebih baik hingga putaran puncak. “Meski peak power-nya enggak naik banyak, tapi power band-nya makin luas. Tenaga di putaran atas jadi lebih baik,” analisa Heri.
Editor | : | billy |
KOMENTAR