Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Knalpot Racing di Road Race, Lokal VS Impor

billy - Kamis, 29 Maret 2012 | 09:30 WIB
No caption
No credit
No caption


 Memperkecil koreksi setting
Knalpot buatan lokal dan luar negeri sudah bukan sesuatu yang jadi patokan untuk balapan nasional. Pipa gas buang manapun akan dipakai karena bergantung dengan kebutuhan mekanik dan pembalap. Tunner tim akan menyesuaikan dengan lay out sirkuit, spek mesin dan gaya rider sewaktu buka gas.

Karena itulah, sederet merek pipa gas buang menjadi pilihan tim untuk digunakan. Sebut saja muffler AHM yang diimpor dari Malaysia jadi pilihan knalpot beberapa tim balap nasional. Di balapan FIM Asia Road Racing Championship (FARRC) AHM seperti mendominasi.

Sedangkan pipa gas buang lokal R9, AHRS, SND, ataupun HRP, jadi knalpot yang memang digunakan di lintasan aspal tanah air. Semua merek made in Indonesia itu enggak kalah dengan buatan luar negeri.

Hehehehe, malah 8 tahun lalu balapan underbone 4-tak di FARRC tim-tim Indonesia mengandalkan knalpot yang diproduksi di Indonesia. Produsen pipa gas buang Negeri Jiran pun mengcopy produk Indonesia

“Meski cuma knalpot, efeknya ke manajemen tim. Seandainya pakai knalpot yang koreksi settingannya rendah, tim akan bisa fokus ke bagian yang lain,” kata Ahmad Jayadie pengguna knalpot AHM.

Memang, eranya underbone 4 nada berbeda dengan zaman balapan 2-tak. Eranya underbone 2-tak mayoritas mengandalkan knalpot luar negeri, khususnya Malaysia. Label seperti YY Pang dan AHM jadi jaminan mutu untuk dipakai.

Harusnya di knalpot 4-tak bukan begitu lagi. “Kan teknologi 4 langkah Indonesia lebih maju dibanding Malaysia,” jelas Adriansyah, tunner Honda Wahana Dunia Motor Federal Motor, Jakarta.

Betul! Jadi menggunakan knalpot jangan ikut-ikutan. Mekanik atau pembalap Indonesia sering latah.

Apalagi knalpot, AHRS merek yang sudah melegenda. “Balap di Sentul saya pakai yang diameter dalamnya 26 mm untuk bebek 125 cc dan 24 mm untuk bebek 110 cc. Ukuran itu bagus untuk putaran atas,” ujar Hasyim Sonedi, kiliker tim Suzuki Cargloss AHRS IRC, Depok.

Pilihan knalpot lokal yang terbilang mengimbangi AHM, mereknya R9. R9 dipakai tim-tim seperti Rafid Topan dan salah satu bebek tim Yamaha Yamalube FDR Trijaya KYT Trijaya (YYFTKT) saat di IndoPrix seri I lalu di Sentul Karting.

“Kita sudah pakai beberapa merek, tapi yang cocok yang R9. Ini menyangkut sirkuit Sentul kecil yang butuh akselerasi bagus,” urai Hawadis, juruk korek tunggangan Topan di tim Yamaha Yamalube Nissin KYT Tunggal Jaya Motor, timnya Topan dari Jakarta. Hawadis banyak mengorek mesin untuk tim Malaysia. Meski banyak duit, dia lebih cinta produk lokal.

Rudi Hadinata, pemilik tim YYFTKT asal Bandung itu menggunakan R9 untuk kelas bebek 125 cc. “Kita enggak terikat merek lain. Seandainya ada yang mau kasih coba ya kita pakai selama cocok. Di bebek 110 cc sendiri kita pakai SND,” beber Rudi.

Kalau begitu, artinya knalpot yang memang banyak dipakai karena sejauh mana pipa gas buang mempermudah kerja tunner. Seandainya cocok ya enggak ada salahnya digunakan. Apalagi, namanya juga balapan banyak kondisi sangat menentukan kebutuhan knalpot.

“Makanya, spek permintaan mekanik dan pembalap jadi penting buat produsen knalpot. Bagian mana yang mesti diubah, pipanya kah atau saringannya,” ujar Sjafrie Ganie alias Jerry, produsen knalpot R9. (motorplus-online.com)


Editor : billy

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa