Memakai konsep LCGC (Low Cost Green Car) , engine 3 silinder berkode 1KR dipilih oleh principal (Daihatsu Motor Corporation Jepang) untuk kolaborasi ketiga Daihatsu-Toyota di Indonesia ini.
Namun, sedikit dimodifikasi agar tujuan low cost tercapai. “Gimana caranya agar harganya murah dan bahan bakarnya irit, sehingga ada beberapa komponen yang kita ubah,” Embay Sunaryo, Head Development Project Team 3 R&D PT Astra Daihatsu Motor (ADM), APM Daihatsu di Tanah Air.
Ubahan paling signifikan gunakan Integrated Exhauts Manifold (IEM). Kalau Anda sempat memperhatikan mesin Ayla di IIMS lalu, exhauts manifold setiap silinder tidak terlihat. Yang tampak hanya 1 pipa besar yang keluar melalui lubang exhauts.
“Cost jadi lebih murah dan karena jadi satu (exhaut manifold dan cylinder head) maka panas exhauts manifold tidak merambat cepat ke catalytic converter (CC) karena posisinya jadi jauh. Sehingga usia CC juga lebih panjang,” bebernya.
Efek ke efisiensi BBM memang gak signifikan, namun kata Embay, dengan IEM itu bobot mesin tereduksi cukup besar dan ujung-ujungnya ke konsumsi BBM.
Selain itu, dinding ketiga pistonnya sudah dilapisi bahan Teflon. Fungsinya, menurut Rifqi Taufiqurrahman bisa mengurangi gesekan antara piston dan inner cylinder. “Juga meminimalkan panas,” ujar pria yang menjabat Engine Staff R&D ADM ini.
Sebagai mobil perkotaan yang butuh torsi besar, langkah piston mesin Ayla/Agya ini juga di-stroke up. Dari asli mesin 1KR sebesar 81 mm menjadi 84 mm. Sehingga diameter x langkahnya kini berukuran 71 x 84 mm. “Nafasnya jadi panjang dan torsi lebih besar,” tegas Embay lagi.
Spek mesin lain, yakni mengadopsi timing chain (rantai keteng) untuk menggerakkan camshaft. Memang termasuk ‘jadul’, tapi biaya perawatan jadi minim lantaran usia penggantian part tergolong lama dibanding pakai belt.
Oiya, mesin 1KR yang juga dipakai di Toyota Aygo, iQ, Yaris, Daihatsu Cuore, Peugeot 107 berbeda dari Ayla-Agya yang memakai KR-DE. Kalau Aygo, iQ, Cuore, 107 dan lainnya adopsi 1KR-FE.
Bedanya, bisa dilihat dari dua huruf di belakang. “FE berarti VVT-i (Variable Valve Timing with intelligent). Kalau DE, mesin sudah DOHC, tapi tidak VVT-i,” jelas Satriyo Budiutomo, Executive Coordinator Project Team 1 R&D ADM.
Loh kenapa dihilangkan (VVT-i), bukannya bisa menekan konsumsi BBM? “VVT-i itu memang salah satu alat menghemat bahan bakar dan memperbesar torsi, tetapi di mesin 1KR-DE ini tanpa VVT-i, hal yang ditargetkan sudah tercapai. Sehingga kalau bicara dari pengembangan mesin jadi lebih murah. Tanpa VVT-i pun sudah mendapat tenaga dan konsumsi BBM yang diinginkan,” ungkapnya.
Sejumlah pengembangan mesin baru tersebut boleh diajungi jempol. Tapi seberapa besar signifikannya terhadap efisiensi bahan bakar memang butuh pengetesan dikondisi jalan sesungguhnya, bukan test di laboratorium. Tunggu pengetesan OTOMOTIF lebih lanjut!. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR