Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

SOP Pelebaran Jalan Di Jakarta, Tidak Boleh Korbankan Trotoar

billy - Rabu, 5 Desember 2012 | 12:10 WIB
No caption
No credit
No caption

No caption
No credit
No caption

Instruksi Gubernur Joko Widodo tentang mengatasi kemacetan di Jakarta, mendapat respon positif dari aparat terkait. Salah satu caranya dengan memperlebar beberapa ruas jalan ibukota. Seperti yang tengah dilakukan di sepanjang Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Bagaimana sebenarnya mekanisme dan SOP (Standar Operasional Pelaksanaan) soal pelebaran jalan itu versi dinas Pekerjaan Umum?

SECEPAT MUNGKIN

Pada dasarnya, pelebaran jalan dilakukan untuk meningkatkan kapasitas jalan yakni memperbesar arus lalu lintas. Sedang proses pengerjaannya tergantung volume panjang jalan dan anggarannya. Biasanya menggunakan anggaran tahun jamak (multi years).

“Tentang mekanismenya yakni dengan melebarkan ke samping untuk menambah daya tampung lalu lintas. Lebar minimum untuk satu ruas adalah 2,75 meter. Itu minimum ya. Jadi bisa dibagi 1, 5 meter di sisi kiri dan 1,25 meter sisi kanan. Atau pelebaran hanya di satu sisi saja,” ujar DR. Ir. Hedy Rahadian, MSc. Kasubdit Teknik Jalan, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga.

Lebih lanjut Hedy menerangkan, proses kontruksi harusnya sesedikit mungkin mengganggu lalu lintas dan secepat mungkin waktu penyelesaiannya. Karena akan berdampak pada kerugian biaya pengguna jalan akibat kemacetan.

Aspek keselamatan pengguna jalan, lanjutnya juga harus diprioritaskan. Hal ini tercantum pada panduan mengelola bahaya yang dirilis Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Diantaranya rambu peringatan dini yang jaraknya disesuaikan dengan kecepatan rata-rata kendaraan, lalu penggunaan material yang visible dan reflektif ketika dilihat mata pengguna jalan.

Untuk lama pengerjaan, menurut pria yang tinggal di Bandung ini tergantung volume dan panjang jalan. Namun jika ingin dipercepat bisa memanfaatkan teknologi seperti cor beton (pre cast) ataupun menggunakan teknik khusus memakai additive agar lebih cepat kering dan kuat.

Lalu bagaimana pelebaran yang memakan space trotoar? “Trotoar tetap diperlukan terutama pada daerah perkotaan. Jadi tidak perlu mengorbankan space trotoar, malah seharusnya membuat trotoar baru. Lebar trotoar yang ideal adalah 2 meter,” terang Hedy.

Tentang pembelian tanah milik warga yang terkena proyek pelebaran jalan, Hedy mengatakan hal ini merupakan pilihan atau trade off. Jika bangkitan jalan sudah sangat besar dan tidak sebanding dengan arus lalu lintas, maka daerah sekitarnya pun tidak provit untuk bisnis dan bertempat tinggal. Mau tak mau harus dilebarkan. Kalau tidak dilebarkan maka jalan akan terus macet dan membuat daerah tersebut makin tidak kompetitif.

Menurut pria ramah ini, semestinya pelebaran jalan di Jakarta sudah menjadi kebutuhan. Sebab jika dibiarkan akan berdampak sistemik terhadap sosial dan ekonomi.

KRITIK MTA

Untuk mengurangi dampak kemacetan tidak hanya berhenti pada pelebaran jalan, namun harus tertintegrasi dengan land use atau tata guna lahan yang didesain sebagai satu kesatuan.

“Misalnya pembangunan kawasan harus dipikirkan juga analisa dampak lalu lintas. Contoh kasus di depan mal Taman Anggrek dan Central Park yang tidak diimbangi dengan land use dan cenderung mematikan arus lalu lintas. Pemda dan pengembang semestinya memikirkan ini dengan menyediakan lahan untuk pelebaran jalan,” kritik Hedy.

Pelebaran jalan semata, lanjutnya, tidak akan mengurangi kemacetan. Sebab jika jalan sudah dilebarkan maka arus lalu lintas juga akan ikut bertambah. Pengguna jalan akan beralih menggunakan jalan tersebut yang dianggap lebih lancar, sehingga penumpukan pun terjadi kembali. Semestinya dilebarkan secara menyeluruh pada titik-titik yang memiliki traffic tinggi.

Pembangunan moda transportasi massal masih menjadi opsi ideal. Sebab hanya memindahkan orangnya saja, sehingga tidak diperlukan penambahan lahan jalan. Kemudian memperbaiki titik simpul/perempatan jalan agar tidak sebidang dengan rel kereta api, yakni dengan membangun fly over atau underpass.

Sedang untuk mengoptimalkan jalan yang ada, menurut Hedy, terkait dengan pemeliharaan jalan. Yakni dengan berkerjasa dengan aparat terkait. Misalnya penertiban pedagang kaki lima dan membatasi tonase kendaraan.

Yoga Adiwinarto, Direktur Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) menilai secara umum pelebaran jalan perlu juga memperhatikan fungsi trotoar

“Karena itu, menurut Saya jika pelebaran di daerah komersial (pertokoan, perkantoran) jalan akan sangat bagus jika digabungkan dengan pembukaan pagar untuk menjadi trotoar,” ungkap Yoga.

Jadi, lanjut Yoga, di depan toko parkir bisa dikurangi dan dijadikan tempat berjalan kaki. “Kenapa space buat parkir tetap harus ada? Karena selain itu memang ruas untuk pejalan kaki, juga buat para penyandang cacat,” ungkapnya. (mobil.otomotifnet.com)

Editor : billy

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa