Bagi sebagian pembalap, hal ini menjadi masalah besar. Sebab mencari sponsor yang mau berinvestasi pada seorang pembalap, apalagi hitungannya masih pemula dan belum terbukti punya prestasi, tidaklah mudah. Hal ini bahkan dialami oleh banyak pembalap, salah satunya adalah Tom Dillmann pembalap asal Perancis yang memiliki skill bagus.
Sayangnya Dillmann hanya beberapa kali mendapat kesempatan membalap di tim yang papan atas. Meski pun tampil kompetitif, namun tidak adanya dana untuk membayar kursi pembalap utama di tim tersebut, jadi masalah besar baginya.
“Situasi seperti ini sudah terjadi pada saya selama beberapa tahun sejak berada di Formula 3. Setelah mendapat sponsor dari Red Bull, saya tidak pernah lagi mendapat sponsor dari pihak manapun. Meski mendapat tawaran dari beberapa tim papan atas, tapi tidak adanya sokongan dana membuat tanda tangan kontrak tidak pernah terjadi,” kata Dillmann.
“Sekarang saya masih bekerja keras untuk mencari sponsor. Sangat tidak mudah melakukannya, sebab anda harus mencari orang yang benar-benar ingin menaruh uangnya, dengan konsekuensi mereka dapat keuntungan apa dari sana,” imbuhnya.
Melihat situasi sulit seperti ini, Graham Sharp dan John Surtees sebagai mantan pembalap Formula 1, pun membuat Yayasan Bantuan Penjenjangan Pembalap. Mereka bekerja mencari pembalap yang punya talenta besar namun tak bisa menikmati karir di tim kompetitif karena tak punya sponsor pribadi.
Semoga ini langkah besar mereka agar pembalap yang punya talenta besar namun tak punya dana untuk membayar kursi pembalap utama di sebuah tim, bisa terbantu. (otosport.co.id)
Editor | : | Bagja |
KOMENTAR