Pertama adalah kapasitas mesin, KLX dan D-Tracker di Indonesia dibekali mesin 144 cc. Sedang di Jepang, cuma 124 cc, lewat aplikasi bore x stroke, 54,0 mm dan 54,4 mm. Meski kecil, tenaganya tetap oke. Diklaim mampu memuntahkan tenaga 7,5 PS pada 8.000 rpm. Pas lah untuk rider pemula.
Perbedaan lain pada mesin adalah sudah mengadopsi fuel injection. Yup, tentunya sesuai dengan regulasi emisi gas buang di Jepang. Sistem injeksinya sudah tipe close loop menggunakan O2 sensor, selain itu dilengkapi pula dengan Idle Speed Control (ISC) yang mengatur langsam secara otomatis.
Oiya, knalpot KLX dan D-Tracker versi Jepang juga beda. Lebih gambot dengan konstruksi catalytic yang berbeda. Tentunya emisinya bagus nih! Sedang klaim konsumsi bahan bakarnya adalah 53,5 km/liter dalam kecepatan 60 km/jam.
Lanjut ke rangka, hampir tidak ada yang berubah secara kasat mata. Paling mencolok hanya perbedaan desain disk brake depan belakang yang dipakai. Versi Jepang punya diskbrake model kembang bergelombang. Lebih menarik sekaligus bagus untuk melepas kotoran yang menempel di permukaan piringan cakram.
Nah, terakhir adalah fitur yang paling bikin ngiler! Speedometer dan panel indikator lainnya sudah ditunjukan dalam bentuk digital. Speedometernya angka, sedang takometernya bergerak dalam bentuk bar. Indikator lain yang ditampilkan secara digital adalah odometer, tripmeter dan fuel indicator.
Soal harga, ambil salah satu saja ya! D-Tracker 125 yang baru saja mendapatkan penyegaran dengan pilihan warna baru ini dilepas 359.100 Yen atau Rp 39,3 jutaan. Wah, jauh lebih mahal dari versi Indonesia! (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR