Gbr 3 |
OTOMOTIFNET - Kepala silinder memegang kunci penting pada mesin. Mulai dari lokasi camshaft, klep, busi hingga penentu besarnya kompresi. Nah dengan kompresi inilah pembakaran yang sempurna bisa dicapai. Tetapi seiring dengan bejalannya waktu pemakaian, kompresi ini bisa saja menjadi turun rasionya.
Hal lain, keinginan untuk membuat tunggangan bisa lari lebih cepat. Dengan rasio kompresi lebih tinggi, tentu pembakaran pun lebih cepat dan mesin akan lebih responsif saat diajak melaju cepat.
Penyebabnya beragam, mulai dari klep yang tidak menutup rapat, hingga karena piston sudah oversize alias diperbesar diameternya. Maklum saja, jika diameter sudah membesar, maka volume pun bertambah, sehingga kompresinya pun berubah, menjadi turun.
Agar rasio kompresinya menjadi naik, perlu dilakukan pemapasan bagian kepala silinder. Tetapi, soal mengikis bagian ini tak bisa asal kikis saja, ada batasannya. "Untuk mesin masih standar, tentu ada batas maksimalnya," ungkap Jimmy dari Dunia Motor, di kawasan Kebayoran Lama, Jaksel.
Menurutnya, hanya bisa dilakukan pemapasan paling banyak 0,5 mm saja dari kondisi aslinya. Sebab, kalau terlalu banyak rasio kompresinya menjadi terlalu tinggi. "Perlu bahan bakar yang oktannya lebih tinggi lagi," tuturnya. Jika dibiarkan, akan terjadi detonasi alias ngelitik.
"Detonasi bisa terjadi kalau rasio kompresi terlalu tinggi," katanya. Tentu, kalau tetap dibiarkan, akan berefek merugikan bagi mesin. Terutama pada piston.
Detonasi alias ledakan terlalu dini ini menyebabkan permukaan piston menjadi ‘luka' (gbr.1) dan bisa berefek lebih fatal bila dibiarkan. Kecuali memang tujuannya untuk kompetisi, yang menggunakan bahan bakar beroktan lebih tinggi dari yang dijual di pasaran.
Hal lain perlu diperhatikan saat memangkas kepala silinder adalah rantai noken as bisa menjadi kendur. Sebab, jarak semakin mendekat. Apalagi kondisi ini tak bisa dikembalikan seperti semula, kecuali mengganti utuh kepala silinder baru. Tentu harga kepala silinder ini pun cukup mahal.
Gbr 1 | Gbr 2 |
Memang, ada tensioner (gbr.2) yang membuat rantai ini selalu dalam ketegangan yang optimal, namun ketika pemapasan kepala silinder terlalu banyak tidak bisa dilakukan optimal lagi. Kalau rantai ini kendur, akan terdengar suara berisik ketika mesin sedang bekerja. Selain membuat tidak nyaman, juga akan merusak beberapa komponen yang berhubungan dengan rantai tersebut jika dibiarkan.
Apa yang bisa dilakukan ketika terjadi kondisi seperti ini? Tentunya dengan memberikan jarak lebih jauh lagi. Bisa dengan menambahkan paking cylinder head. Dengan konsekuensi rasio kompresinya pun akan menurun.
Namun, ketika ingin menaikkan kompresi Honda Tiger, bisa saja menggunakan cara lain yang relatif lebih aman. Maklum saja piston dari motor sport berlambang sayap ini memiliki banyak saudara kandung.
Dengan diameter piston berukuran 63,5 milimeter, kembaran dari satu pabrikan ini pun ada. Bisa menggunakan piston dari Honda Mega Pro. Dengan permukaan piston lebih cembung alias dome (gbr.3), otomatis kompresinya lebih tinggi ketimbang piston Honda Tiger yang permukaannya rata.
Dunia Motor 021-7210000
Penulis/Foto: Ben / Reza
Editor | : | Editor |
KOMENTAR