OTOMOTIFNET - Banyak yang menanyakan pada Mr. Testo, cara upgrade performa Shogun 125 injeksi (FI). Baik lewat email (mr.testo10@gmail.com) atau facebook (Tester Otomotif). Mereka bilang, ngoprek motor injeksi, tak semudah yang karburator. Sebab adanya sensor-sensor, takutnya jika salah, malah bikin motor tak bekerja sempurna.
Salah satunya Henry Kusuma Sunyoto dari Surabaya. Dalam surat elekroniknya, ia minta saran agar akselerasi dan top speed Shogun FI NRII-nya meningkat. Karena jalanan Surabaya sering macet, mesti stop & go. Wah sama nih dengan kondisi Jakarta!
Henry juga sudah konsultasi dengan beberapa bengkel, termasuk bengkel resmi. Namun mereka tak bisa membantu, lantaran malah takut terjadi masalah dengan sistem injeksinya. Benarkah sesulit itu?
Ternyata tidak. Makanya, lebih baik langkah upgrade dikonsentrasi pada bagian lain, seperti pelepas gas buang dan pengapian. Lagipula, sistem injeksi Shogun tergolong close loop (CL). Terlihat adanya sensor oksigen di knalpot.
“Dengan sistem CL, semprotan bensin selalu diusahakan sesuai stoikiometri di angka 1:14,7 (satu molekul bensin bercampur 14,7 molekul udara), pengukurannya dari sensor oksigen itu,” terang Adrian, salah satu ahli injeksi dari bengkel Pilar Motor di Bekasi, Jabar.
“Makanya untuk membuat piggyback jenis ini, jauh lebih rumit dibanding sistem open loop. Karena sensor yang mesti ‘ditipu’ lebih kompleks,” lanjutnya. Wajar, sampai sekarang belum ada yang bikin piggyback atau ECU aftermarket-nya. Bahkan dua produsen CDI BRT dan Rextor sekalipun.
Tapi tetap bisa dioprek kok. Contoh karya Teddy Cong dari PT Global Motorindo, di Jl. Letjen Suprapto No.60, Galur, Jakpus. Lewat cara plug & play, serta dana dan waktu yang efisien, kenaikan performa yang diperoleh tergolong besar. Mau bukti?
Dalam kondisi standar, dengan dynamometer Sportdyno V3.3 tenaga Shogun terukur hanya 8,9 dk/6.904 rpm, torsi 9,14 Nm/6.894 rpm. Setelah di-upgrade jadi 9,8 dk/6.984 rpm, torsi 9,91 Nm/6.971 rpm. Artinya naik 0,9 dk dan 0,77 Nm.
Dari grafiknya terbaca, di atas 6.900 rpm tenaga terasa jauh lebih nendang. Sedang top speed tetap berkisar 112 km/jam, lantaran terkena limiter ECU. Apa saja yang diubah? Yuk dibahas saja.
Koil
Pelipat ganda arus yang dikirim dari ECU ini, diganti aftermarket berkemampuan lebih besar. Pilihannya merek Protec, dipilih yang khusus pengapian TCI, berciri punya dua kutub positif. Dengan api lebih besar, maka pembakaran terbaca lebih lean (miskin), terbaca dari sensor oksigen di knalpot. Responsnya, semprotan bahan bakar oleh injector akan dikirim lebih banyak. Tenaga pun meningkat.
Knalpot
Dibikin lebih plong biar sisa pembakaran tak terhambat, sehingga tenaga lebih keluar. Penggantinya, buatan Stanlee, yang terkenal bersuara lembut dan bergaransi 3 tahun. “Yang wajib diperhatikan tentu sensor oksigen wajib terpasang, sehingga pembacaan ECU tetap normal,” ujar Teddy yang adik Robert Cong, mantan mekanik balap AHRS.
Per Kopling
Tenaga meningkat, tinggal meminimalkan lose power. Paling rawan di area kopling. “Makanya per kopling diganti agak lebih keras,” lanjut mekanik asli Batam ini. Pilihannya buatan CLD, cukup tipe medium. Proses pindah gigi emang jadi sedikit lebih keras, namun terasa jauh lebih responsif.
Part dan jasa | |||
Koil Protec | 210.000 | ||
Knalpot Stanlee | 450.000 | ||
Per kopling CLD medium | 60.000 | ||
Jasa | 50.000 | ||
Total | 770.000 | ||
standar | Upgrade | Kenaikan | |
Tenaga | 8,9 dk / 8.000 rpm | 9,8 dk / 6.984 rpm | 0,9 dk |
Torsi | 9,14 nm / 8.000 rpm | 9,91 nm / 6.971 rpm | 0,77 nm |
Pt Global Mototrindo | 021-42876931 |
Penulis/Foto: Aant / Aant
Editor | : | Editor |
KOMENTAR