Anggap 'lawan' berbahaya |
Percepatan untuk punya kemampuan itu tentu bisa diusahakan. Lewat sharing pengalaman, biker pemula bisa saja mendapatkan daya prediksi ini. Walau bukan persoalan kemampuan indra keenam tapi, daya prediksi bisa dilihat secara logika.
Yuk kita share berdasarkan pengalaman brother di jalan. ”Kita perlu mengasah ketajaman panca indra terutama membaca gerak-gerik sesama pengendara,” bilang Uwew ’The Doctor”, mahasiswa yang aktif sebagai stunt rider.
Rata-rata mereka sepakat bahwa sebagai rider harus menganggap bahwa pengendara lain itu ceroboh, sulit ditebak manuvernya bahkan sangat tidak berpengalaman. Dari penilaian itu, mereka punya kewaspadaan ekstra untuk menyalip ataupun berhadap-hadapan dengan pengendara lain.
Kewaspadaan ini menimbulkan daya prediksi yang lebih tajam. ”Berpikir pada kemungkinan terburuk adalah kunci,” tambah Djumenk, pegawai kontaktor yang riding bolak-balik Condet-Cikupa naik Yamaha Scorpio.
Baginya, daya prediksi berkutat pada imajinasi terkonsep akan hal-hal kemungkinan celaka. MOTOR Plus dapat inti pembicaraan mereka. Misal saat berpapasan dengan motor lain, kita wajib berpikir kalau orang itu tidak mungkin mengalah, ia ceroboh dan punya daya refleks buruk. Dengan penilaian itu, kita bisa melakukan prediksi dan menghindari tabrakan.
Dalam situasi mendahului motor lain, lihat sekeliling, jika ada ruang kosong, lebih baik tidak terlalu dekat dengan motor yang akan didahului. Anggap saja, ia bakal bermanuver mendadak hingga kita punya ruang menghindar.
Ini disebut intuisi atau daya prediksi yang punya landasan logika. ”Mendahului ibu-ibu apalagi yang sedang membonceng anak kecil misalnya. Rata-rata mereka berjalan agak ke tengah dalam kecepatan relatif pelan.
Untuk mendahului mereka, jangan sekali-kali memprovokasi dengan klakson atau terlalu dekat. Kebanyakan akan panik, jalan zig zag dan membahayakan. Paling baik jika kita menghindar sejauh mungkin dan baru kemudian mendahului dengan terlebih dahulu melihat keleluasaan ruang yang ada.
Dari pengalaman brother yang punya jam terbang tinggi, membaca lawan bisa dilihat dari gesture mereka. ”Lama kelamaan kita bisa ngeh dilihat dari posisi dan gesturenya di motor adalah rider expert atau pemula. Saya setuju jika kita menganggap pengguna jalan lain bukan expert dalam benak kita. Dengan begitu kita lebih waspada dan berhitung pada segala kemungkinan,” tambah Soni ‘Item’, pekerja bermotor.
Saat menyalip kendaraan besar, pengendara harus memiliki prediksi kemungkinan ia mengubah jalur karena ada hambatan di depan.
Dan yang lebih penting lagi, kita juga harus mampu memprediksi kemampuan sendiri. Tentunya ini berkaitan dengan refleks dan kemampuan dalam mengendalikan motor. Prediksikan diri pada poin terendah kemampuan tadi dan besarkan tingkat kewaspadaan. Dengan begitu, rider akan selalu memposisikan diri sebagai orang yang selalu menghitung bahaya. (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR