|
Seluruh kelistrikan yang dibutuhkan oleh mobil, sepanjang belum mendapat suplai dari alternator, akan dipenuhi oleh aki atau baterai ini.
Di pasaran ada berbagai macam jenis aki, seperti aki yang umumnya dipakai, yaitu jenis basah, atau flooded lead-acid. Jenis ini berupa kotak berisi cairan yang di dalamnya terdapat elemen-elemen berbahan lead dan elektrolit dari air sebagai penyimpan arus listrik.
"Jenis ini paling umum dipakai, dan perlu dijaga ketinggian air akinya," terang Usman Adhie, Service Operation Manager, Tunas Toyota Pasar Minggu, Jaksel.
Memang, baterai atau aki yang pertama kali ditemukan oleh ahli fisika Prancis, Gaston Plante pada 1859 ini, menjadi peranti yang sangat umum digunakan pada mobil.
Tergolong paling ekonomis dalam pembuatannya. Meski soal pemeliharaan, perlu diperhatikan dengan seksama. Seperti permukaan air perlu dijaga, karena penguapannya cukup tinggi, lantas tingkat keasaman airnya pun harus sesuai agar masih mampu menyimpan listrik dengan baik.
Sementara ada lagi aki yang relatif tidak memerlukan perawatan alias maintenance free(MF). "Umumnya disebut aki kering, juga ada yang menggunakan jel di dalamnya," tutur Usman.
Sesuai fasilitas yang diberikannya, harga yang diperlukan untuk membeli aki ini lebih mahal ketimbang aki ‘biasa' tadi.
Jel tersebut masih berbahan utama lead acid hanya dalam bentuk jel. Di dalamnya racikan utama lead acid dan airnya disimpan dalam bentuk jel, yang berupa elektrolit dan silika. Memang tampak menjadi minim perawatan, walau kalau terlalu kering akan mengurangi kemampuan penyimpanannya.
Jenis ‘aki kering' lainnya, AGM (Absorbed Glass Mat), cairannya disimpan dalam sebuah bantalan berbahan serat kaca. Bantalan itu pun menjadi elektrolitnya. Seperti pada aki Optima, yang mematenkan sistem AGM ini dengan nama Spiral Wound, di mana bantalannya berbentuk spiral.
Aki kering, bisa diletakkan berdiri atau tiduran, serta tak ada penguapan (kiri). Aki basah, tingkat keasaman dan ketinggian air aki mesti dijaga (kanan).
Sebab, kalau pengisiannya berlebihan, akan membuat aki cepat rusak. Seperti jel di dalamnya akan kering dan tidak bisa berfungsi sebagai elektrolit dan penyimpan arus listrik.
Hal lainnya, ketika alternator bermasalah, jangan mengganti sepul alternator dengan kawat yang terlalu besar. "Begitu juga ketika menggunakan audio yang membutuhkan listrik besar, alternatornya perlu diperhatikan juga, disesuaikan dengan kapasitas tampung akinya," ungkap pria yang sempat menangani tim balap dari Toyota itu. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR