Tapi disisi lain mungkin ini akan jadi sensasi tersendiri baginya, sebab belum pernah ada pembalap yang mau pensiun dalam kondisi seperti Stoner. Dimana prestasi, skill, tim terbaik, usia masih belia hingga faktor keberuntungan selalu memihaknya. Yup, ini yang dinamakan sensasi dan tekad. Ibaratnya baru merasakan nikmatnya sebuah pekerjaan, namun harus melepasnya untuk kepentingan dan ambisi yang lain.
Di sisi lain, keputusan berhenti dari dunia balap, mungkin sudah keputusan bersama dalam keluarganya sejak lama. Mengingat ajang balap memang memiliki resiko yang cukup besar. Terjatuh, patah tulang, cacat, hingga kematian selalu berada satu paket dengan balapan itu sendiri, meski sudah dikemas dengan sistem pengaman pada pembalap yang juga begitu canggih.
Apalagi Casey Stoner baru saja menjadi bapak padabulan Februari 2012 lalu. Tentu beban moral sebagai orang tua yang ingin membesarkan anak-anaknya dengan fokus tinggi, mungkin jadi target utama dari pikiran Stoner selama ini.
Kemudian faktor lain yang akna jadi imbas berhentinya Stoner dari MotoGP adalah akan menjadi ancaman tersendiri bagi pembuat regulasi, dalam hal ini Dorna Sports yang memegang kuasa membuat (mengusulkan) regulasi. Meski motor CRT (Claiming Rule Team) adalah motor dengan spesifikasi rangka prototipe, namun penggunaan mesin motor produksi massal, menghilangkan greget balapan prototipe itu sendiri.
Dengan adanya Stoner keputusan keluar dari MotoGP di akhir musim 2012, maka ini akan menjadi cambuk bagi Dorna Sports. Bahwa ajang balap prototipe harus tetap menjadi seperti itu, tanpa ada bagian yang merupakan motor produksi massal.
Seperti yang diungkapkan oleh Michael Czysz (sang pendiri ajang balap TTX-GP alias balap motor listrik), bahwa jika MotoGP ingin mempertahankan balap prototipe, mereka harus menjadikan motor Moto3 bermesin prototipe 250cc 1 silinder sebagai basis pengembangan untuk kelas di atasnya. Jadi konfigurasinya adalah Moto3 : 250 cc 1 silinder (4 stroke) Moto2 : 500 cc 2 silinder (4 stroke) dan MotoGP : 750 cc 3 silinder (4 stroke).
Dengan demikian biaya pengembangan bisa lebih murah, dan tidak akan bersinggungan lagi dengan motor produksi massal seperti Superbike dan Supersport. Klik Disini untuk berita lengkapnya. (otosport.co.id)
Editor | : | Bagja |
KOMENTAR