Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Kenapa Kaca Spion Standar Motor Harus Baplang?

Editor - Rabu, 2 Juni 2010 | 08:12 WIB
No caption
No credit
No caption

No caption
No credit
No caption

OTOMOTIFNET - Kalau ada pertanyaan, peranti mana yang banyak diganti pertama kali oleh pemilik motor baru? Jawabannya kaca spion. Maklum, bagi kebanyakan pengendara motor bentuk spion standar dianggap kurang keren karena bentuknya tinggi dan baplang (melintang keluar).

Parahnya lagi, kaca spion standar kerap dianggap menggangu rider selap-selip membelah kemacetan. “Bentuknya seperti tangan berdoa. Lagian kalau sedang macet, sering nyenggol spion mobil,” seru Adi, pengguna spion mungil aftermarket.

Tapi tahukah Anda bahwa selain untuk memantau kondisi kendaraan lain di belakang, spion standar juga memiliki fungsi lain yang gak kalah penting. Yakni sebagai sinyal!

PUSAT KONTROL

Spion motor standar dirancang baplang ada maksudnya. “Spion bisa menjadi batas patokan kemudi, bila spion motor tersebut  menyenggol suatu obyek, itu artinya obyek tersebut sudah sangat dekat dengan posisi pinggir setang,” ujar Jusri Pulubuhu, training director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC).

Jika spion yang bersenggolan, secara tidak langsung rider dapat sinyal dan berkesempatan untuk segera menghindar sebelum setang kemudinya bersenggolan. Sebab setang kemudi adalah pusat kontrol. Kalau alat itu terganggu (bersenggolan), 80% berpotensi jatuh.

“Secara tak sadar rider akan menganggap spion adalah bagian terluar dari kendaraan. Dengan begitu, saat selap-selip rider dapat mempertahankan jarak dengan pengendara lain dengan berpatokan pada jarak terluar kaca spion tersebut,” tambah Jusri.

No caption
No credit
No caption

Ukuran mungil, jangkauan pandangnya sempit karena terhalang lengan rider
No caption
No credit
No caption

Spion jadi patokan batas terluar

Menoleh lebih dari 45 derajat, dapat mengganggu keseimbangan

PERHITUNGAN MATANG
Bila diperhatikan lebih jauh, bentuk spion pada motor tentunya didesain dengan penuh perhitungan. Hal itu meliputi lebar kaca, tinggi tangkai dan desain. Nah yang terakhir bersinggungan langsung dengan bentuk bodi keseluruhan.

Untuk lebar cermin, hampir setiap pabrikan memiliki racikan masing-masing. Berdasar perhitungan OTOMOTIF pada motor bebek, skutik dan sport, rata-rata lebar spion motor memiliki tinggi 75-80 mm dan lebar 130-140 mm. Sedang tinggi tangkai dari grip berkisar 10-13 cm.

Selain tinggi, spion bawaan pabrik juga didesain lebih keluar dari setang kemudi agar jangkauan pandangan tak terhalang oleh tubuh atau lengan rider itu sendiri. Dengan begitu jangkauan pandang ke badan jalan akan lebih full frame.

Dengan pandangan lapang, rider gak harus sibuk menoleh ke kiri atau kanan untuk memantau situasi samping dengan berlebihan. Gerakan menoleh yang tak sewajarnya bisa membahayakan karena menggangu keseimbangan.

Bagi pengendara pemula, menoleh ke samping dengan radius lebih dari 45 derajat selama dua detik dapat menggangu keseimbangan. Efeknya motor bakal oleng ke arah yang dipandang dan bukan tidak mungkin terjadi senggolan bila jarak antara satu motor ke motor lain cukup dekat.

Untuk keamanan berkendaraan, bagian cermin pada spion standar bawaan pabrik dibuat agar objek yang terlihat selalu tampak lebih dekat dari situasi sesungguhnya. Intinya agar pengendara lebih waspada pada situasi sekitar.

BLIND SPOT
Meski sudah dirancang sedemikian rupa, bukan berarti kaca spion gak punya kelemahan. Berkaitan dengan jarak sudut pandang, tak semua sudut di sisi samping rider dapat dipantau lewat kaca dan mata pengendara.

Situasi tersebut biasa disebut blind spot (BS). “BS adalah area bidang pandang yang gagal terlihat oleh pengendara” urai Jusri yang punya workshop di Gedung Hijau, Pondok Indah, Jaksel ini.

Situasi itu kerap terjadi pada kondisi kendaraan di samping yang berjalan lebih cepat dari arah belakang atau menyalip. Selama proses itu kendaraan akan mengalami tiga tahap visualisasi. Pertama, kendaraan akan terlihat di kaca spion seperti biasanya.

Kedua, kendaraan enggak terlihat di kaca spion karena posisinya di luar jangkauan spion dan mata rider (menghadap depan). Ketiga, kendaraan akan kembali dapat dipantau lewat jangkauan radius pandang rider.

Nah, dari tiga tahap di atas, tahap kedua yang berbahaya karena posisi kendaraan di luar jangkauan kaca spion dan radius sudut pandang mata. Parahnya bila tahap pertama terlewatkan, rider bakal menganggap gak ada kendaraan di sampingnya.

Cara antisipasinya, sebelum melakukan manuver seperti menyalip atau berbelok, pertama pastikan dulu situasi samping sudah aman lewat kaca spion. Hidupkan lampu sein dan pastikan sekali lagi keadaan sekitar dengan cara head check atau menoleh.

Eits, tapi ingat! Gerakan menoleh ini dilakukan secukupnya saja. Selain itu, pastikan kondisi di depan sudah aman sebelum menoleh. “Kalau ada kendaraan di depan yang sangat dekat saat melakukan head check, itu konyol,” tegas Jusri.

Penulis/Foto: atenx / Atenx

Editor : Editor

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa