Menurut Tedjo, saat itu (27/11/2010) Ia sempat heran lantaran angka pada meteran dispenser sudah menunjukkan 67,76 liter tapi tangki mobilnya tak juga penuh. Tedjo meyakini kalau kapasitas tangki besutannya itu hanya 65 liter. Apalagi saat datang ke SPBU ini petunjuk meter bensinnya diyakin masih sisa sekitar 5 liter.
Merasa dirinya tertipu, Tedjo pun langsung memanggil manajer SPBU, sekaligus konfirmasi dengan pihak Nissan Sunter, Jakut, yang ia hubungi untuk menanyakan berapa kapasitas tangki X-Trail yang sebenarnya.
Karena masih penasaran, Tedjo meminta untuk mengisi tangki mobilnya lagi sampai penuh. Hasilnya terjadi penambahan 2,4 liter bensin Shell Super, dan meteran dispenser menunjukkan angka total 69,8 liter.
Indikator bensin bukan menjadi parameter baku untuk memastikan volume bensin yang sebenarnya |
Berdasarkan penelusuran OTOMOTIF ke beberapa sumber di lokasi itu, Tedjo memang merupakan salah satu warga Jl. Permata , Kelapa Gading, Jakut. Menurut ketua RT setempat yang enggan disebutkan jati dirinya ini, Tedjo memang benar memiliki Nissan X-Trail warna gold. "Tahunnya saya tidak begitu paham," ujar ketua RT tadi.
Kasus yang melibatkan SPBU berlisensi asing seperti Shell ini, memang baru muncul sekarang. Konsumen cukup terpincut dengan kualitas bahan bakar dan janji presisi yang ditawarkan Shell. Namun selisih dalam pengisian bensin dengan spesifikasi mobil, sejatinya apakah bisa langsung diarahkan pada praktik penipuan. “Shell menjamin akurasi semua SPBU,” ujar Budiman Moerdijat, GM external affairs and communication PT Shell Indonesia. Sayangnya hingga tulisan ini diturunkan, Tedjo dan PT Shell Indonesia belum sepakat untuk bertemu membahas masalah ini.
Sebenarnya banyak faktor penyebab selisih dalam pengisian bahan bakar. Konsumen yang merasa dirinya dirugikan juga mesti lebih paham soal teknis kendaraannya. Mengingat penunjuk level bensin dan kapasitas tangki pada panel indikator tidak bisa dijadikan paramater baku.
Terus harus gimana ya? (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR